Bisnis.com, JAKARTA - Pemangkasan anggaran belanja Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berdampak terhadap sejumlah program infrastruktur.
Menteri ESDM Arifin Tasrif menjelaskan terdapat beberapa program yang terdampak dan harus dilanjutkan pada tahun depan seperti proyek jaringan gas rumah tangga yang sebelumnya ditargetkan 266.070 SR dipangkas 138.206 SR menjadi 127.864 tahun ini.
Sementara itu, program konverter kit untuk nelayan sebanyak 40.000 paket, petani 10.000 paket dan konversi minyak tanah ke LPG 3 kg sebanyak 526.616 paket untuk tahun ini seluruhnya dibatalkan.
Untuk kegiatan infrastruktur EBTKE, kegiatan rooftop perkantoran atau gedung sosial atau rumah ibadah yang ditargetkan 800 unit pada tahun ini dipangkas menjadi 100 unit.
Kegiatan infrastruktur penerangan jalan umum tenaga surya (PJU TS) yang ditargetkan 45.000 titik dipangkas menjadi 16.800 titik tahun ini, sedangkan kegiatan infrastruktur biogas komunal dan PLTS penunjang tugas kementerian lembaga seluruhnya dibatalkan tahun ini.
Sementera itu, kegiatan infrastruktur revitalisasi PLT EBT dari 24 unit dipangkas menjadi 7 unit.
Baca Juga
Selain itu, untuk proyek infrastruktur bageol beberapa ada yang tertunda. Sumur bor air tanah yang semula ditargetkan 1000 titik dipangkas menjadi 570 titik, pos pengamatan gunung api dari semula 5 titik menjadi 5 unit.
"Akibat adanya pemotongan anggaran Kementerian ESDM tersebut pada APBN 2020, belanja tersebut mengalami perubahan pada kegiatan infrastruktur," kata Arifin dalam Raker lanjutan di Komisi VII DPR RI, Selasa, (23/06/2020).
Lebih lanjut, Arifin mengungkapkan bahwa pertimbangan Kementerian ESDM membatalkan sejumlah proyek infrastruktur karena waktu pelaksanaan kegiatan yang diperkirakan tidak mencukupi dalam masa pandemi, serta sulit dalam memobilisasi orang dan barang seperti pada proyek jargas dan konverter kit nelayan dan petani.
Kendala impor barang, kata Arifin, turut menjadi faktor yang dipertimbangkan untuk membatalakan proyek itu seperti yang terjadi pada proyek meter gas rumah tangga, fitting regulator, dan bahan baku pipa PE, dan turbine meter pada jaringan gas.
Selain itu, proyek tersebut terpaksa dibatalkan dikarenakan blokir anggaran karena kurangnya data dukung seperti pada proyek konversi minyak tanah ke LPG.
Faktor lainnya adalah gagal lelang, dan data dukung lokasi yang belum didapatkan menjadi pertimbangan pembatalan proyek sumur bor dan PJU TS.