Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) meyatakan masih mengkaji penambahan rute kereta cepat Jakarta-Bandung hingga ke Surabaya.
Staf Khusus Menteri BUMN menyatakan bahwa rencana mengawinkan proyek investasi kereta cepat Jakarta-Bandung dan Jakarta-Surabaya dapat terealisasi. Menurutnya, China dan Jepang sebagai mitra di masing-masing proyek itu, terbukti dapat bekerja sama dalam proyek di negara lain.
“Di beberapa negara itu terjadi, kerja sama Jepang dan China untuk jalur kereta, di Thailand atau di Filipina, kalau tidak salah,” ujarnya, Selasa (2/6/2020).
Dia mengatakan bahwa rencana menyambungkan dua proyek tersebut juga dinilai dapat meningkatkan efisiensi pembangunan infrastruktur. Dengan menggabungkan dua proyek itu, potensi kemanfaatannya akan lebih tinggi.
“Kami hitung bagaimana supaya efisien, jalurnya gemuk juga. Misalnya, Jakarta-Bandung sambung Bandung-Surabaya, cari yang gemuk lah supaya bisa angkut sekalian [banyak penumpang],” katanya.
Arya menyampaikan pihaknya masih mengkaji berbagai faktor untuk menyambungkan dua proyek itu. Pengkajian ini juga terkait dengan rencana investor yang akan dilibatkan.
Baca Juga
Saat ini, Proyek Kereta Cepat Jakarta—Bandung yang dikelola PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC). Sementara itu, Proyek Kereta Semicepat Jakarta—Surabaya dikerjakan pemerintah bersama Japan International Cooperation Agency (JICA).
KCIC merupakan perusahaan patungan antara konsorsium Indonesia lewat PT Pilar Sinergi BUMN dan konsorsium China lewat Beijing Yawan HSR Co. Ltd. Konsorsium Indonesia memiliki saham 60 persen, sedangkan konsorsium China 40 persen.
PT Pilar Sinergi BUMN merupakan perusahaan patungan yang melibatkan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. sebagai leader. Sementara itu anggotanya adalah PT Jasamarga (Persero) Tbk. PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero), dan PT Kereta Api Indonesia (Persero)
Di sisi lain, Beijing Yawan HSR Co. Ltd. terdiri dari China Railway International Co Ltd, China Railway Group Limited, Sinohydro Corporation Limited, CRRC Corporation Limited, dan China Railway Signal and Communication Corp.
Sementara itu, Ketua Forum Transportasi Perkeretaapian MTI Aditya D. Laksana menilai rencana menyambungkan dua proyek ini hanyalah upaya pemerintah mencari exit plan untuk proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung.
Pasalnya, sejak awal proyek ini memang dinilai tidak cukup memiliki nilai kemanfaatan yang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Di sisi lain, proyek ini juga tidak memiliki infrastruktur pendukung sehingga manfaatnya diragukan.
“Sejak awal, proyek ini memang semata-mata bukan hanya kebutuhan transportasi. Tapi juga menyangut hubungan dua negara, ini hanya produk ikutannya, di balik itu ada kepentingan yang lebih besar,” katanya kepada Bisnis, Selasa (2/6/2020).
Namun demikian, menurutnya rencana ini memang dibutuhkan untuk membuat proyek ini lebih berfmanfaat. Hanya saja, perlu ditinjau ulang mengenai detail rencana tersebut.
Berbagai faktor, seperti kemampuan BUMN serta peninjauan kebutuhan investasi tambahan yang diperlukan perlu dipertimbangkan masak-masak. Pasalnya, kemungkinan membuat jalur baru akan menambah beban BUMN.