Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nasib dan Kiat Agen Properti di Tengah Pandemi Covid-19

Efek pandemi corona terhadap transaksi penjualan properti mulai terasa pada Maret atau pada saat kasus pertama diumumkan Presiden Joko Widodo.
Ilustrasi digital marketing/CC0
Ilustrasi digital marketing/CC0

Bisnis.com, JAKARTA — Nur Ekha benar-benar tidak menyangka bahwa sentimen virus corona jenis baru atau Covid-19 yang saat ini mewabah di Tanah Air telah memberi efek yang dahsyat bagi pekerjaannya selaku agen properti.

Agen properti adalah orang yang bekerja memasarkan sebuah produk hunian seperti rumah, apartemen, dan jenis produk lainnya, Dengan kondisi saat ini, mereka harus menanggung susah dalam penjualan lantaran ruang pemasaran makin terbatas seiring dengan adanya pembatasan jaga jarak fisik dan imbauan bekerja dari rumah.

Nur Ekha, agen properti dari 21 Century, mengaku kesulitan menjual properti di tengah virus corona yang saat ini berstatus pandemi. Padahal, sebelum virus ini merebak, dia menikmati penjualan setiap saat.

"Dampak corona terasa bagi kerja jasa seperti saya. Penjualan turun drastis. Sampai saat ini belum ada [transaksi]. Masih berjuang," tuturnya kepada Bisnis, Rabu (15/4/2020).

Menurutnya, efek corona terhadap transaksi penjualan properti perlahan mulai terasa pada Maret atau pada saat kasus pertama diumumkan Presiden Joko Widodo. Perlahan, tapi pasti, Ekha menyadari bahwa sentimen corona telah mengubah pola pikir seseorang dalam membeli rumah.

Alhasil, dampak negatif corona langsung terasa ketika pada Maret lalu dia tidak membukukan satu pun transaksi. Ekha mengaku bahwa transaksi terakhir terjadi pada Februari. Ketika itu, dia menyandang status kategori agen terbaik di luar Jabodetabek. 

Ekha mengaku hanya memasarkan produk properti di wilayah Makassar. Namun, kondisi lesunya penjualan ini rasa-rasanya dialami semua agen di semua wilayah.

"Soalnya pada kondisi seperti saat ini, orang takut untuk bertemu. Jadi, memang saat ini sangat mengandalkan iklan di media sosial," kata dia.

Selain memacu pemasaran melalui platform digital, Ekha juga memakai cara lain. Salah satunya adalah menghubungi user untuk sekadar menanyakan kabar dan menindaklanjuti yang sebelumnya telah diprospek.

Hanya saja, tak mudah baginya untuk bisa meyakinkan konsumen agar membeli properti di tengah kondisi saat ini meskipun dia menyadari bahwa rumah adalah kebutuhan primer. 

"Rata-rata jawabannya yang saya terima adalah tunggu keadaan membaik, user juga masih takut ke mana-mana," ujarnya.

Kendati demikian, Ekha masih tetap bersemangat memasarkan properti yang masuk dalam daftarnya. Lagi pula, di tempatnya bekerja dia kerap diajarkan untuk selalu berpikir positif meskipun di tengah pandemi ini. Kabar baiknya, dia tengah melakukan prospek untuk seseorang yang tertarik pada hunian di bawah Rp500 juta.

Sementara itu, Jovie, agen independen juga mengalami hal serupa. Pada bulan ini, dia belum satu pun membukukan transaks, padahal hingga pertengahan bulan, rata-rata biasanya dia sudah mencatatkan minimal tiga transaksi. Pada Februari lalu, dia mampu menjual (closing) hingga 5 unit properti. "Kondisi bulan ini benar-benar berat!"

Adanya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) juga akan mengubah pola kerjanya. Bila sebelumnya Jovie masih bisa bertemu orang untuk melakukan prospek dengan menerapkan jaga jarak fisik, akan tetapi, saat ini dia hanya mengandalkan sarana digital. Hasilnya? Belum ada satu pun yang tertarik. 

Meskipun demikian, Jovie yakin masih ada peluang di tengah pandemi. Terlebih, permintaan properti di wilayah pemasarannya yakni Jabodetabek akan selalu ada setiap saat. 

Masih Ada Peluang 

Ketua Umum Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (AREBI) Lukas Bong menyatakan bahwa saat ini agen properti dituntut untuk melakukan penjualan secara daring. Dia percaya bahwa di kondisi sekarang masih ada peluang.

"Memang ada beberapa konsumen seperti itu [ragu membeli rumah di saat kondisi saat ini], tetapi bagi konsumen yang jeli, sebenarnya it's time to buy," katanya.

Alasannya, kata Lukas, virus Covid-19 hanya bersifat temporer, sedangkan properti masih akan terus dibutuhkan. Lagi pula, dia menyatakan bahwa harga properti saat ini pun banyak terkoreksi. 

Senada, Wakil Ketua Umum AREBI Nurul Yaqin mengatakan bahwa di tengah kondisi saat ini, para agen properti diyakini memiliki strategi tersendiri dalam memacu penjualannya.

"Ini kan memang peringatan tinggi, tapi properti itu punya karakteristik, mereka [agen] yang bisa membaca peluang," ujarnya beberapa waktu lalu.

Presiden Direktur Benhokk Property itu mengakui bahwa masih ada peluang di tengah kondisi tertekan saat ini mengingat permintaan besar kemungkinan berasal dari under market value atau di bawah nilai pasar.

Nurul meyakini bahwa ada diskon besar dari pasar sekunder alias bekas seperti rumah, apartemen, dan ruko. Menurutnya, para investor kemungkinan menjual aset propert mereka untuk konsolidasi guna menutupi kebutuhan prioritasnya.

Dengan demikian, dia percaya bahwa daya beli pasar masih akan tetap ada meskipun tengah dihadapkan pada tantangan yang berat. Dia juga menyebut kondisi pasar ini dengan istilah 'virus kepanikan'.

Namun, bagaimanapun kondisinya, dia menyatakan bahwa agen properti harus tetap bisa meyakinkan konsumen tentang situasi kepanikan pasar saat ini sehingga dapat terus memacu penjualan.

"Sekarang ini memang kuenya sangat kecil, tetapi tetap masih ada, suplainya banyak. Tinggal bagaimana agen ini harus berbicara pada loyalis kostumernya. Orang yang bisa diajak diskusi, ditransfer keyakinan, membuka wawasan, kemudian mengambil suatu risiko bersama-sama secara terukur. Mestinya ini strategi satu-satunya dalam kondisi saat ini," katanya.

Di sisi lain, Nurul memahami bahwa konsumen membatalkan kunjungan ke lokasi untuk meninjau properti lantaran khawatir terhadap penularan virus corona yang berujung pada batalnya transaksi properti. Hanya saja, tren kunjungan ke lokasi juga bisa dikurangi oleh agen properti mengingat saat ini pemasaran juga telah bergeser ke layanan digital.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ilham Budhiman
Editor : Zufrizal
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper