Bisnis.com, JAKARTA - Kegiatan dunia usaha pada kuartal pertama tahun ini mengalami penurunan cukup dalam, yang disebabkan oleh menurunnya permintaan di beberapa sektor akibat pandemi COVID-19.
Berdasarkan Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia, kegiatan dunia usaha menurun pada kuartal I/2020, yang tercermin dari nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sebesar -5,56 persen.
Nilai tersebut turun cukup signifikan jika dibandingkan dengan nilai SBT pada kuartal IV/2019 yang sebesar 7,79 persen.
Pertama, penurunan kegiatan usaha yang cukup dalam terjadi pada sektor industri pengolahan, diindikasi dari SBT kegiatan usaha sebesar -3,60 persen, turun cukup dalam dari 0,76 persen pada kuartal IV/2019.
Penyebabnya, seluruh subsektor pada sektor industri pengolahan mengalami penurunan, yang terdalam pada subsektor industri alat angkut, mesin dan peralatannya, yang diduga sebagai dampak penurunan permintaan dari pasar domestik pasca HBKN Natal dan libur akhir tahun.
Kegiatan usaha sektor industri pengolahan diprakirakan masih akan terkontraksi pada kuartal II/2020, meski tidak sedalam sebelumnya, yang terindikasi dari SBT prakiraan kegiatan usaha meningkat menjadi sebesar -1,00 persen dari -3,60 persen pada kuartal I-2020.
Baca Juga
Berdasarkan subsektor lapangan usaha, kegiatan usaha pada hampir seluruh sektor membaik, kecuali subsektor tekstil, barang kayu dan alas kaki yang masih terkontraksi. Peningkatan masih didorong oleh subsektor industri makanan, minuman dan tembakau, serta kertas dan barang cetakan dengan SBT masing-masing sebesar 0,11 persen.
Kedua, sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR). Kegiatan usaha sektor PHR pada kuartal I/2020 terindikasi turun cukup dalam dibandingkan periode sebelumnya, dengan SBT tercatat turun menjadi -3,04 persen, lebih rendah dibandingkan dengan kuartal IV/2019 yang sebesar 2,76 persen.
Penurunan terjadi sejalan dengan berlalunya HBKN Natal dan Tahun Baru. Berdasarkan rincian subsektor, peningkatan kegiatan usaha terindikasi terjadi pada seluruh subsektor, terutama subsektor Perdagangan yang turun cukup dalam dengan SBT sebesar -1,85 persen.
Pada kuartal II/2020, kegiatan usaha sektor PHR diprediksi meningkat meski masih dalam fase kontraksi dengan SBT sebesar -1,57 persen, meningkat dari SBT -3,04 persen pada periode sebelumnya, kecuali subsektor hotel.
Ketiga, sektor pertambangan. Hasil survei mencatat kegiatan usaha sektor pertambangan dan penggalian pada kuartal I/2020 masih tumbuh negatif. Hal ini terindikasi dari SBT kegiatan usaha sebesar -0,62 persen, setelah pada kuartal sebelumnya tumbuh 1,25 persen.
Penurunan harga minyak dunia serta curah hujan yang tinggi diperkirakan masih membatasi operasi sektor pertambangan dan penggalian.
Kinerja usaha sektor pertambangan dan penggalian pada kuartal II/2020 diperkirakan masih terkontraksi dengan SBT kegiatan usaha sebesar -0,31 persen.
Keempat, sektor pengangkutan dan komunikasi. SBT kegiatan usaha tersebut tercatat -0,53 persen, turun dibandingkan 1,06 persen pada kuartal IV/2019.
Berdasarkan rincian subsektor, menurunnya kegiatan usaha terjadi pada subsektor pengangkutan dengan SBT -0,57 persen, sedangkan subsektor Komunikasi tercatat tumbuh melambat dari 0,28 persen pada kuartal IV/2019 menjadi 0,04 persen pada kuartal I/2020.
Pada kuartal II/2020, kegiatan usaha sektor pengangkutan dan komunikasi diproyeksi akan terakselerasi. Hal ini terindikasi dari SBT kegiatan usaha yang meningkat menjadi 0,79 persen dari -0,53 persen pada kuartal sebelumnya, meskipun lebih rendah dibandingkan SBT 2,44 persen pada kuartal yang sama tahun lalu.
Kelima, sektor konstruksi. SBT sektor ini tercatat sebesar -0,08 persen, lebih rendah dari 0,66 persen pada kuartal IV/2019.
Menurut sebagian besar responden, perlambatan kegiatan usaha disebabkan oleh melemahnya pangsa permintaan proyek konstruksi atau infrastruktur di dalam negeri.
Hal tersebut sejalan dengan anggaran proyek pemerintah yang belum cair, serta curah hujan yang meningkat sehingga menghambat proses pengerjaan proyek.
Kuartal II/2020, diproyeksikan sektor konstruksi akan sedikit meningkat dengan SBT kegiatan usaha sebesar -0,03 persen, membaik dibandingkan dengan SBT -0,08 persen pada kuartal sebelumnya.