Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produksi APD Belum Dorong Industri Hulu Tekstil

Setidaknya, sekitar empat perusahaan anggota APSyFI yang memproduksi benang hingga kain juga telah melakukan diversifikasi produksi APD.
Dokter di rumah sakit darurat COVID-19 RS Pertamina Jaya Jakarta menggunakan alat pelindung diri (APD)./Antara-M. Risyal Hidayat
Dokter di rumah sakit darurat COVID-19 RS Pertamina Jaya Jakarta menggunakan alat pelindung diri (APD)./Antara-M. Risyal Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA — Industri hulu atau bahan baku tekstil dan produk tekstil mencatat adanya diversifikasi produksi pada alat pelindung diri atau APD belum mampu meningkatkan permintaan pasar khususnya domestik secara normal.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) Redma Wirawasta mengatakan biasanya per bulan produksi filamen dan serat mencapai 100 ton per bulan untuk konsumsi total masyarakat sekaligus rayon dan katun.

Namun, saat ini pasar lokal hanya menyerap kurang dari 70 persen, sementara pasar ekspor kendati masih berjalan tetapi tidak terlalu lancar.

"Jadi produksi APD oleh industri hilir belum bisa menutupi tetapi cukup menjamin untuk indusri bisa tetap bekerja sehingga tidak seluruh pegawai harus di rumahkan atau berhenti," katanya kepada Bisnis, Senin (13/4/2020).

Menurut Redma, di industri hulu ada sekitar empat perusahaan anggota APSyFI yang memproduksi benang hingga kain juga telah melakukan diversifikasi produksi APD. Hal itu, sebagai upaya selain melakukan penghentian satu lini produksi yang juga banyak dilakukan pabrikan.

Untuk itu, pihaknya berharap pada sejumlah stimulus yang diajukan bersama industri hilir TPT untuk dapat segera dipenuhi guna menjaga kelangsungan industri. Sejauh ini, industri baru sebatas mendapat respon belum sampai pada persetujuannya.

"Seperti PLN itu sudah mulai ada diskusi, PGN yang belum respon sampai sekarang," ujarnya.

Redma menambahkan untuk perbankan, saat ini juga sudah mulai membuka berbagai kelonggaran. Namun, menurutnya industri hanya dapat menjamin kondisi pembayaran normal pada akhir tahun atau mulai November nantinya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper