Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Keramik Saniter Tak Luput dari Dampak Corona

Pada awalnya, produksi industri keramik saniter diproyeksikan naik sekitar 12,9 persen dari realisasi akhir 2019 sekitar 5,4 juta unit.
contoh keramik saniter/Istimewa.
contoh keramik saniter/Istimewa.

Bisnis.com, JAKARTA - PT Surya Toto Indonesia Tbk. menyatakan akan fokus mengisi pasar segmen menengah dan bawah pada tahun ini. Namun demikian, mewabahnya virus corona membuat perseroan pesimistis produksi keramik saniter dapat lebih baik dari tahun lalu.

Manager Marketing Department Toto Indonesia Rudianto mengatakan perseroan pada awal 2020 optimistis produksi keramik saniter perseroan dapat kembali tumbuh sejalan dengan proyeksi Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki). Namun demikian, Rudianto mengkhawatirkan pengaruh dari wabah virus corona ke performa perseroan.

"Kami harapannya [volume produksi] naik, tetapi ini banyak isu yang berkembang [tekait dampak virus corona]. Takutnya mempengaruhi. Saya tidak bisa mengharapkan banyak apakah [volume produksi pada] 2020 bisa lebih banyak dari 2019," katanya usai acara Safe Toilet & Sanitation for Everyone, Anywhere, All the Time, di Jakarta, Rabu (11/3/2020).

Sebelumnya, Asaki meramalkan produksi keramik saniter pada tahun ini akan sama seperti realisasi pada 2018 sebanyak 6,2 juta unit. Dengan demikian, mulanya produksi industri keramik saniter diproyeksikan naik sekitar 12,9 persen dari realisasi akhir 2019 sekitar 5,4 juta unit.

Rudianto menyatakan berlarutnya penanganan wabah virus corona dapat menunda proyek konstruksi. Adapun, konstruksi menopang sekitar 30 persen dari total serapan keramik saniter perseroan di pasar lokal.

Adapun, Rudianto berujar wabah virus corona membuat produksi pada kuartal I/2020 turun tipis secara tahunan. "Turun sedikit, tetapi saya belum lihat pasti angkanya."

Oleh karena itu, Rudianto berharap wabah virus corona tidak mempengaruhi konsumen ritel perseroan yang mendominasi serapan hingga 70 persen dari total serapan. Adapun, konsumen ritel merupakan konsumen yang menyerap keramik saniter untuk keperluan renovasi, membangun rumah pribadi, mengganti toilet, dan lainnya.

Adapun, tren produsi keramik saniter pada tahun ini akan tetap didominasi oleh keramik saniter segmen menengah ke bawah dan bawah. Menurutnya, hal tersebut untuk mengakomodasi sebagian besar konsumen di dalam negeri yang belum menggunakan keramik saniter dan mengatasi pelemahan daya beli yang terus berlanjut. .

Maka dari itu, Rudianto menyatakan pihaknya telah melakukan ekspansi kapasitas terpasang dengan membangun sebuah pabrik di Gresik, Jawa Timur untuk menyasar pasar Indonesia bagian timur . Namun demikian, Rudianto menyatakan pelemahan daya beli memuat pabrik tersebut tidak menggunakan seluruh lini produksinya.

"Ada satu line tutup, ya kurang lebih [utilitas pabrikan sepanjang tahun] kurang lebih 80 persenan. Tahun ini [pertumbuhan produksi] akan dibantu permintaan ekspor," katanya.

Akan tetapi, lanjutnya, perseroan akan lebih mengutamakan penguasaan pasar domestik daripada pasar global. Dengan demikian, ujarnya, perseroan mengalokasikan sekitar 60 persen dari total produksi di dalam negeri, sedangkan selebihnya akan disalurkan ke pasar global.

Walaupun tampak pesimistis, Rudiyanto menyatakan akan menjaga status pemimpin pasar di pasar domestik dengan pangsa sekitar 50-60 persen. Maka dari itu, Rudiyanto berharap agar wabah virus corona tidak berdampak negatif terhadap industri keramik saniter.

Berdasarkan catatan Asaki, produksi produk kelas bawah meningkat dari 10 persen-15 persen menjadi hingga 40 persen dari kapasitas produksi. Sementara itu, kapasitas produksi produk menengah atas susut dari 80 persen menjadi 60 persen dari kapasitas produksi per tahunnya.

Adapun, pergeseran dominasi produksi tersebut akan membuat margin pabrikan keramik saniter menipis. Alhasil, sebagian pabrikan memilih melakukan otomatisasi dan melepas tenaga kerja pada tahun lalu.

Di sisi lain, Asaki meramalkan penurunan tarif gas dapat meningkatkan pangsa produk lokal ke level 90 persen dari level saat ini di sekitar 62 persen-71 persen. Adapun, pangsa pasar produk impor saat ini berada di level 29 persen - 48 persen. Kebanyakan produk impor tersebut berasal dari China, Malaysia, Thailand, dan Bangladesh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Andi M. Arief
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper