Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspress, Pos dan Logistik Indonesia (Asperindo) mengungkapkan peningkatan jumlah pengiriman e-commerce barang-barang kesehatan belum mampu menutupi aktivitas yang hilang dari berkurangnya impor China.
Ketua DPP Asperindo Mohamad Feriadi mengatakan dampak corona selama ini lebih banyak dihadapi anggota Asperindo yang mengurusi barang-barang asal China. Barang tersebut meliputi berbagai produk yang dijual secara daring dalam marketplace di Indonesia.
"Adanya corona membuat jumlah barang-barang yang berasal dari China itu berkurang, memang ada kiriman-kiriman bentuk lain yang berkaitan dengan corona seperti masker, hand sanitizer, tetapi besar jumlahnya belum dapat menggantikan volume kuantitasnya," jelasnya kepada Bisnis.com, Rabu (11/3/2020).
Menurutnya, memang belum ada data mengenai besaran jumlah barang-barang kesehatan dan barang yang hilang dari pengurangan aktivitas impor China. Namun, dia menegaskan jumlahnya pasti tidak sama dengan jumlah barang yang hilang.
Dengan demikian, peningkatan aktivitas pengiriman barang kesehatan terangnya, tidak mampu menutupi pendapatan yang hilang dari pengurangan aktivitas impor barang e-commerce dari China.
"Saya bilang yang hilang lebih banyak, barang-barang yang dijualbelikan online made in China semua, barang-barang fesyen, aksesoris, barang-barang produksi China semua," jelasnya.
Baca Juga
Lebih lanjut, Feriadi menilai saat ini kesempatan bagi anggota Asperindo membantu meningkatkan kinerja UKM dan mengangkat produknya untuk diperdagangkan ke pasar yang lebih luas.
Pria yang sekaligus menjabat sebagai Direktur Utama JNE tersebut mengakui kiriman yang diurus JNE sempat mengalami penurunan pasca merebaknya virus corona tersebut. Namun, aktivitas pengiriman secara jumlah kiriman maupun volume dipastikan sudah kembali normal.
"Mungkin kalau kiriman dari China itu memang berkurang. Ingat, JNE mayoritas kiriman domestik, jadi pengaruhnya kecil kalau buat kami," imbuhnya.