Bisnis.com, JAKARTA — Pelaku usaha konstruksi menilai tidak adanya kepastian permintaan dan peluang dari pembangunan infrastruktur pemerintah membuat industri rantai pasok dalam kondisi tidak prospektif.
Wakil Sekjen II Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia (Gapensi) Errika Ferdinata mengatakan seharusnya dengan pembangunan besar-besaran ini industri rantai pasok disibukkan dengan ekspansi investasi untuk memenuhi permintaan.
Namun, faktanya pengusaha rantai pasok, seperti semen atau baja malah merasa tidak mendapat bagian dan tidak terlibat dalam pembangunan.
"Mereka bukan mengejar peluang tetapi malah khawatir, ini isu lama sebenarnya tetapi memang belum ada konsolidasi dan langkah nyata bersama dengan pemerintah bagaimana membuat industri rantai pasok bangunan sekarang ikut tumbuh," katanya, Selasa (18/2/2020).
Errika mengemukakan adanya fenomena virus corona (covid-19) juga seharusnya tidak terlalu berdampak pada industri konstruksi dan turunannya. Pasalnya, proses pembangunan itu memakan waktu yang cukup lama.
Mulai dari perencanaan proyek atau bangunan, pemilihan tender, hingga peletakan batu pertama atau prosesi mulainya proyek. Alhasil, adanya virus corona yang akan memukul industri pariwisata itu bisa dipastikan tetapi bukan yang utama.
Baca Juga
Menurut Errika, sebenarnya jika ada penjabaran banyak peluang pembangunan infrastruktur dasar maka dapat dimanfaatkan para pengusaha konstruksi dan turunannya. Misalnya, proyek di Kementerian Perhubungan hingga Ibu Kota Baru yang fokus perencanaannya mulai berjalan.
"Jadi kami pun kebanyakan industri rantai pasok belum mengetahui kepastian kebutuhan karena permintaanya saja berapa belum tergambar. Sejauh ini pemerintah hanya memparkan nilanya secara global ini yang kami masih tunggu perubahannya," ujar Errika.
Sementara itu, dia menambahkan, jika berkaca dari hasil penelitian sebuah universitas di Indonesia hingga 2018 lalu hanya 20 persen perusahaan konstruksi yang mendapatkan proyek pembangunan.