Bisnis.com, JAKARTA – Pertumbuhan pasokan yang terbatas pada kuartal akhir 2019 hingga awal 2020 diperkirakan akan menjadi pendorong kinerja pasar properti perkantoran sepanjang tahun ini.
Managing Partner of Strategic Advisory Coldwell Banker Tommy Bastami mengatakan bahwa sepanjang 2019, tambahan pasokan gedung perkantoran lebih sedikit jika dibandingkan pada 2018.
Menurutnya, hal itu disebabkan karena setelah menghadapi tahun politik, kebanyakan pemilik properti gedung perkantoran akan lebih fokus untuk mengisi ruang yang dimiliki dibandingkan dengan harus membangun dan menjual yang baru lagi.
Berdasarkan hasil riset Coldwell Banker Commercial, tambahan pasok ruang perkantoran sepanjang 2019 yang terjadi di Jakarta kebanyakan berasal dari area non-CBD.
“Salah satunya dengan mulai beroperasinya Gedung Jakarta Box Office di Kebon Sirih. Ini menambah kumulatif pasokan yang ada di Jakarta mencapai 8,81 juta meter persegi atau meningkat sebesar 0,4 persen jika dibandingkan dengan kuartal III/2019,” ujarnya belum lama ini.
Adapun, permintaan selama 2019 mencapai sekitar 182.000 atau meningkat 23,8 persen jika dibandingkan pada 2018. Penyerapan yang terjadi paling banyak tercatat pada kuartal I/2019.
Baca Juga
“Selama kuartal IV/2019, penyerapan didominasi oleh gedung-gedung grade A di CBD, Jakarta Pusat, dan Jakarta Selatan,” ucapnya.
Dia mengungkapkan, umumnya ruang kantor grade A di kawasan tersebut diserap oleh perusahaan berbasis teknologi seperti tekfin, telekomunikasi, dan berbagai perusahaan jasa, ekspansi e-commerce, dan perusahaan penyedia jasa perkantoran seperti co-working space yang baru.
Dari sisi harga sewa, imbuhnya, hingga saat ini kondisinya masih cenderung tertekan. Hal itu disebabkan karena beberapa pemilik gedung perkantoran masih memasang harga diskon pada gedung-gedung perkantorannya.
Apabila ada kenaikan rata-rata harga sewa, kata Tommy, cenderung karena ada penawaran harga yang lebih tinggi di gedung-gedung baru.
Pada kuartal IV/2019, rata-rata harga sewa berada di kisaran Rp202.800 per meter persegi per bulan. Harga ini mencatatkan kenaikan 0,5 persen jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya atau turun 2,7 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama pada 2018.
Untuk 2020, Tommy memperkirakan tren positif pada properti perkantoran di kota-kota besar masih terus berlanjut. Tak hanya di Jakarta, tetapi Surabaya, Bandung, Medan, dan Bali juga akan mengalami pertumbuhan permintaan yang lebih baik.
“Pertumbuhan pasar perkantoran ke depan didorong oleh permintaan dari penyewa di bidang logistik, forwarding, telekomunikasi, tour and travel, dan trading,” ungkapnya.
Selain itu, semakin banyaknya perusahaan-perusahaan rintisan yang berkembang dan ekspansi bisnis e-commerce, asuransi, dan perbankan juga akan menjadi kontributor penyerapan ruang perkantoran di kota-kota besar.