Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan berbasis teknologi dan co-working space menguasai porsi 50 persen dari total penyerapan ruang sewa perkantoran pada kawasan pusat niaga di Jakarta.
Head of Research & Digital Markets JLL Indonesia James Taylor mengatakan angka itu didapat selama tahun 2019 dengan total penyerapan ruang sewa di kawasan pusat niaga (CBD) Jakarta yang mencapai 200.000 meter persegi.
Kendati demikian, data JLL mencatat bahwa tingkat okupansi ikut tertekan hingga ke angka 76 persen seiring dengan adanya tambahan pasokan ruang perkantoran dalam beberapa tahun terakhir.
Dia memperkirakan bakal ada tambahan pasokan sebesar 520.000 meter persegi untuk ruang perkantoran pada 2020. Sejalan dengan itu, tingkat okupansi akan cenderung tertekan pada tahun ini dan diproyeksi baru akan pulih pada tahun berikutnya.
"Harga sewa untuk bangunan kelas A masih mengalami penurunan sebesar kurang lebih 4 persen dari tahun 2018," ujarnya di sela-sela Media Briefing di Jakarta, Rabu (29/1/2020).
Data JLL juga menunjukan bahwa suplai ruang perkantoran di CBD Jakarta mencapai 360.000 meter persegi selama tahun 2019.
Baca Juga
Adapun, untuk kawasan non-CBD, okupansi ruang perkantoran dinilai cukup stabil jika dibandingkan dengan tahun 2018. Bahkan, trennya cenderung meningkat dalam kurun 10 tahun terakhir dengan tingkat penyerapan mencapai 132.000 meter persegi.
JLL mencatat bahwa kawasan Jakarta Timur masih menjadi tingkat okupansi paling tinggi yaitu sebesar 93 persen diikuti Jakarta Selatan 82 persen, Jakarta Pusat 80 persen, dan Jakarta Barat 73 persen.
Dalam kesempatan yang sama, Head of Markets JLL Indonesia Angela Wibawa menambahkan bahwa penyerapan ruang perkantoran pada triwulan IV/2019 sebesar kurang lebih 26.000 meter persegi di kawasan CBD.
"Meskipun demikian tingkat hunian masih menunjukan penurunan karena tingginya volume pasokan selama beberapa tahun terakhir. Penyerapan di CBD didominasi oleh perusahaan berbasis teknologi yang tidak lepas dari peran operator co-working space yang masih aktif melakukan ekspansi di gedung kelas A," jelasnya.
Berbeda dengan kondisi CBD, imbuhnya, di kawasan non-CBD penyerapan triwulan IV/2019 hanya sebesar kurang lebih 9.000 meter persegi. Hal itu disebabkan tidak adanya gedung baru yang selesai dibangun.