Bisnis.com, JAKARTA — Tingkat kekosongan ruang perkantoran di Jakarta diprediksi mulai membaik pada 2020 yang ditopang oleh masih tingginya permintaan ruang perkantoran dari perusahaan teknologi khususnya operator ruang kerja bersama.
Head of Research and Consultancy Savills Indonesia Anton Sitorus mengatakan bahwa pada 2020 tingkat kekosongan (vacancy rate) untuk ruang perkantoran diprediksi bisa berada di bawah kisaran 25 persen.
Menurutnya, penurunan tingkat kekosongan didorong oleh jumlah pasokan yang mulai terbatas dan meningkatnya permintaan ruang perkantoran dari ruang kerja bersama (co-working space).
“Tahun depan trennya vacancy akan mulai menurun meski masih ada proyek-proyek [perkantoran] baru yang akan masuk ke pasar. Namun, titik penurunan terendahnya sudah lewat sehingga tahun depan kami perkirakan [tingkat kekosongan] tidak akan naik lagi,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (4/11/2019).
Sementara itu, hingga kuartal III/2019, Savills Indonesia mencatat tingkat kekosongan ruang perkantoran di kawasan pusat niaga (central business district/CBD) mengalami sedikit kenaikan dan berada pada kisaran 25 persen.
Menurut Anton, hal itu disebabkan karena adanya tambahan pasokan baru seluas 246.000 meter persegi. Beberapa pembangunan proyek perkantoran yang telah rampung antara lain adalah Sequis Tower, Sudirman 7.8, The Millenium Centennial Tower, dan Social Security Tower.
Baca Juga
Hingga kuartal III/2019, total pasokan ruang perkantoran di CBD mencapai 6,6 juta meter persegi. Dari total tersebut sebagian besar merupakan perkantoran kelas A yang mencapai 39 persen, kelas B 28 persen, kelas premium 23 persen, dan kelas C 10 persen.
Hingga kuartal keempat tahun ini, Anton memperkirakan tingkat kekosongan ruang perkantoran masih akan sedikit mengalami kenaikan, tetapi kondisinya akan mulai mengalami peningkatan pada 2020.