Bisnis.com, JAKARTA - Sejak pelantikan Kabinet Kerja 27 Oktober 2014, nama Susi Pudjiastuti mempenetrasi ruang publik dengan sosok pribadi maupun kebijakan kontroversialnya sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan periode 2014-2019.
Sudah pasti segala yang kontroversial melahirkan pro dan kontra. Dari seorang bos maskapai penerbangan Susi Air yang bermarkas di Pangandaran, Jawa Barat, Susi menjelma menjadi sosok populer di negeri ini.
Susi tidak takut kala berbeda pendapat dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Dia cukup mesra dengan Rizal Ramli, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman 2015-2016, tetapi agak berseberangan dengan penggantinya, Luhut Binsar Pandjaitan.
Popularitas Susi pun terkonfirmasi dengan berbagai hasil jajak pendapat lembaga survei. Namanya terus muncul dalam urutan atas, bahkan teratas, menteri paling dikenal dan disukai oleh masyarakat. Menjelang Pilpres 2019 pun namanya disebut-sebut sebagai salah satu kandidat calon presiden atau calon wakil presiden.
Tepat 5 tahun kemudian, 27 Oktober 2019, bukan lagi Susi yang memimpin Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Per 20 Oktober, perempuan lulusan SMP tersebut sudah demisioner seiring dengan habisnya periode pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla.
Tatkala keesokan harinya Jokowi memanggil calon anggota Kabinet Indonesia Maju, tidak ada sosok Susi digilir ke Istana Negara dalam parade calon menteri. Besoknya hingga lusa atau saat pelantikan pun masih sama.
Sosok yan Dirindukan
Sampai akhirnya pada Rabu (23/10/2019) Jokowi mengumumkan kepada khalayak bahwa Menteri Kelautan dan Perikanan periode 2019-2024 adalah Edhy Prabowo. Dengan pengumuman itu, Susi resmi terpental dari pemerintahan.
Kabinet Indonesia Maju (KIM) memang disambut hangat dengan masuknya sosok populer semacam Ketua Umum DPP Partai Gerindra Prabowo Subianto, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud M.D., hingga bekas bos Gojek Nadiem Anwar Makarim.
Namun, KIM diratapi pula oleh masyarakat yang masih mengimpikan kehadiran Susi di pemerintahan. Berbagai ekpresi kecewa dituangkan di media sosial dan dikomentari oleh sejumlah pengamat di media massa.
“Orang merindukan dia [Susi] wajar karena memang jago di sosial media,” kata Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Kelautan dan Perikanan Yugi Prayanto usai acara diskusi Mengukur Daya Tempur Kabinet Baru di Jakarta, Sabtu (26/10/2019).
Yugi mengenang dalam kurun 2014-2019 tema sentral kebijakan Susi adalah kedaulatan. Narasi itu dibangun apik lewat aksi-aksi penenggelaman kapal asing yang menangkapi ikan-ikan di perairan Indonesia secara ilegal.
Rilis KKP terakhir pada 8 Oktober 2019 menyebutkan sebanyak 556 kapal ikan asing dimusnahkan sejak Oktober 2014. Secara simbolis, pada hari itu Susi memimpin penenggelaman tujuh kapal di Natuna, Kepulauan Riau.
Ketika perairan Indonesia semakin bersih dari asing, Susi malah dinilai mengabaikan pelaku industri hilir. Kapal-kapal ikan impor milik pengusaha lokal yang menanggung ‘dosa’ serupa kapal asing dimoratorium hingga dipermanenkan larangan izinnya.
Yugi mengklaim utilitas pabrik pengolahan ikan di bawah 20% karena ketiadaan bahan baku. Konsekuensinya, nilai ekspor produk perikanan tidak mencapai seperti yang dijanjikan Susi pada 2014.
“Anda boleh populer di media sosial, tapi di lapangan kan lain,” kata Yugi.
Yugi tidak mengetahui alasan persis Jokowi melepas Susi. Dia mereka-reka saja, bisa jadi keluhan dari pengusaha perikanan menjadi pertimbangan RI-1.
Apapun alasan tersingkirnya Susi, Yugi mengatakan pelaku usaha kini harus siap meladeni menteri baru. Kebijakan-kebijakan terdahulu perlu dijadikan pelajaran untuk perbaikan ke depan tanpa perlu mengingatnya sebagai masalah personal.
“Menurut saya, masa lalu sudahlah. Hubungan saya juga baik sama Bu Susi meski soal kebijakan belum tentu seirama dengan dia,” tuturnya.
Kiprah Edhy Prabowo
Kini, pemangku kepentingan perikanan menantikan kiprah dari Menteri Edhy. Dunia perikanan telah diakrabi pria asal Sumatra Selatan itu selama mengetuai Komisi IV DPR dalam kurun 2014-2019.
Bahkan, Edhy adalah segelintir anggota Komisi IV DPR yang sering menyuarakan dukungan atas kebijakan Susi. Tema kedaulatan yang juga slogan andalan Gerindra, partainya Edhy, membuat keduanya tampaknya bisa satu suara.
“Bu Susi, terima kasih atas dedikasinya. KKP adalah rumahnya Ibu,” katanya saat acara pisah-sambut dengan Susi, Rabu (23/10/2019), sebagaimana dikutip dari siaran pers KKP.
Susi pun tidak mengelak bahwa dirinya adalah sosok kontroversial. Bagi dia, apa yang dianggap kontroversial itu justru terobosan untuk memperbaiki dunia kelautan dan perikanan.
Sejak 2015, menurut Susi, neraca perdagangan Indonesia adalah nomor satu di Asia Tenggara. Dia membanggakan pula ekspor tuna Indonesia mampu menguasai 16% pasar dunia.
Terhadap capaian yang dianggap baik itu, Susi berharap dapat dilanjutkan. Dia pun merasa senang bahwa KKP akan dipimpin oleh Edhy karena mengenal betul sosok penerusnya itu.
“Tidak ada yang lebih menggembirakan kalau kita hand over sesuatu yang kita sayangi kepada orang yang sudah kita ketahui,” ujar Susi.