Bisnis.com, JAKARTA — Pusat perbelanjaan kelas menengah atas disebut sebagai yang paling cepat beradaptasi terhadap perubahan perilaku belanja dan gaya hidup konsumen saat ini.
Senior Associate Director Colliers International Indonesia Ferry Salanto mengatakan bahwa kehadiran dagang-el yang makin marak memang cukup memengaruhi perilaku belanja konsumen.
Menurutnya, konsumen saat ini cenderung datang ke mal untuk mencari pengalaman yang tidak bisa didapatkan dari dagang-el. Konsumen biasanya datang ke mal untuk sekadar makan dan minum, mengadakan pertemuan, atau rekreasi.
“Sebenarnya untuk mal kelas menengah ke atas sudah cukup cepat beradaptasi terhadap perkembangan dan dinamika pasar. Kebanyakan yang tidak terlalu mengikuti tren adalah mal kelas menengah bawah,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (16/10/2019).
Ferry mengungkapkan bahwa strategi penyesuaian yang dilakukan oleh pemilik mal kelas menengah atas biasanya dengan menata ulang konsep mal atau mengubah komposisi penyewa.
Sementara itu, untuk pusat perbelanjaan kelas menengah ke bawah biasanya akan sulit untuk mengikuti tren dan dinamika pasar karena terkendala beberapa faktor. Lokasi yang tidak terlalu memadai biasanya akan membuat pemiliknya sulit untuk bisa berinovasi.
Baca Juga
“Selain itu persoalan bujet juga seringkali menjadi kendala yang dihadapi para pemilik mal kelas menengah bawah,” katanya.
Lebih lanjut, Ferry menyatakan bahwa saat ini masih ada gap yang cukup besar antara pusat perbelanjaan kelas menengah atas dan menengah bawah. Untuk kelas menengah atas biasanya sudah ada permintaan sewa yang cukup tinggi, bahkan ada yang sampai harus masuk daftar antre.
“Untuk mal kelas atas okupansinya cukup bagus bisa mencapai di atas 90 persen, sedangkan mal yang menengah bawah okupansinya masih rendah,” jelasnya.