Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BNPB : Ratusan Ikan Terdampar di Maluku Tak Terkait Aktivitas Kegempaan

Fenomena terdamparnya ratusan ikan dan berbagai jenis biota laut di Desa Lelingulan, Kecamatan Tanimbar Utara, Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku, pada Minggu (13/10/2019), diyakini tidak terkait aktivitas tsunami.
Suasana bangunan Pasar Apung Desa Tulehu yang roboh akibat gempa bumi di Ambon, Maluku, Kamis (26/9/2019). Berdasarkan data BMKG, gempa bumi tektonik dengan kekuatan M6,5 tersebut akibat aktivitas sesar aktif lokal. /ANTARA-Izaac Mulyawan
Suasana bangunan Pasar Apung Desa Tulehu yang roboh akibat gempa bumi di Ambon, Maluku, Kamis (26/9/2019). Berdasarkan data BMKG, gempa bumi tektonik dengan kekuatan M6,5 tersebut akibat aktivitas sesar aktif lokal. /ANTARA-Izaac Mulyawan

Bisnis.com, JAKARTA — Fenomena terdamparnya ratusan ikan dan berbagai jenis biota laut di Desa Lelingulan, Kecamatan Tanimbar Utara, Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku, pada Minggu (13/10/2019), diyakini tidak terkait aktivitas tsunami.

Ahli tsunami dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari mengatakan hingga saat ini, belum ada penelitian yang menyimpulkan keterkaitan antara biota laut permukaan dengan aktivitas kegempaan dari laut yang biasanya bersumber pada lempeng dengan kedalaman lebih dari 1.000 meter.

"Biota-biota yang selama ini seringkali mati dalam jumlah besar kemudian terdampar di pantai adalah biota permukaan atau biota laut dangkal-karang, bukan biota laut dalam," ujarnya, Senin (14/10/2019).

Dalam beberapa kasus, fenomena terdamparnya biota laut dangkal kerap disebabkan oleh fenomena upwelling atau pembalikan massa air. Upwelling merupakan sebuah fenomena ketika air laut yang lebih dingin dan bermassa jenis lebih besar bergerak dari dasar laut ke permukaan akibat pergerakan angin di atasnya.

Biasanya, fenomena ini membawa plankton atau zat hara yang menjadi makanan biota laut dangkal. Oleh karena itu, fenomena yang terjadi di Maluku bukan merupakan efek aktivitas lempeng/sesar. 

"Fenomena yang terjadi tidak merujuk pada tanda-tanda akan muncul gempa besar," katanya.

Sementara itu, BMKG mencatat ada 1.516 gempa susulan pascagempa Maluku berkekuatan M 6,5 yang terjadi pada 26 September lalu. Dari jumlah tersebut, 175 gempa susulan dirasakan oleh warga. 

Terkait dengan gempa tersebut, Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Agus Wibowo menjelaskan hari ini tercatat 148.619 warga masih mengungsi. Total rumah rusak di wilayah terdampak, yaitu Kabupaten Maluku Tengah, Seram Bagian Barat, dan Kota Ambon mencapai 6.355 unit dengan rincian total rusak berat 1.273 unit, rusak sedang 1.837, dan rusak ringan 3.245. 

Korban meninggal tercatat 41 jiwa dan mereka yang masih terluka sebanyak 1.602 orang. Kabupaten Maluku Tengah dan Seram Bagian Barat masih melakukan upaya penanganan darurat, sedangkan Provinsi Maluku dan Kota Ambon sudah melakukan upaya-upaya transisi darurat ke pemulihan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Desyinta Nuraini
Editor : Lucky Leonard
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper