Bisnis.com, KEPULAUAN MENTAWAI — Kepulauan Mentawai mulai memanfaatkan bambu yang biasa menjadi bagian dari tradisi untuk digunakan sebagai bahan bakar pembangkit listrik.
Bupati Kepulauan Mentawai Yudas Sabaggalet mengatakan bambu telah menjadi bagian kehidupan masyarakat Mentawai, mulai dari untuk memasak air, ikan, sagu, keladi, maupun pisang. Selain menjadi bagian tradisi kuliner Mentawai, bambu yang telah tua dan mengering juga dimanfaatkan untuk mencari udang.
Menurutnya, manfaat bambu yang begitu besar untuk masyarakat Mentawai memberi inspirasi untuk memanfaatkannya sebagai sumber energi pembangkit listrik. Apalagi, dari sisi lingkungan dan ekologi, memanfaatkan bambu lebih menguntungkan ketimbang jenis pohon lainnya.
"Dulu ditawarkan pakai pelet kayu, [tapi] akan merusak lingkungan. Bambu tidak sampai rumpunnya juga tidak bermasalah dari sisi ekologi," katanya, Selasa (17/9/2019).
Setidaknya, dengan memanfaatkan 4 ton bambu kering untuk satu hari, tiga unit pembangkit listrik tenaga biomassa (PLTBm) di Pulau Siberut, Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, mampu menghasilkan listrik berkapasitas total 700 kW. Listrik yang diproduksi tersebut selanjutnya digunakan untuk menyuplai kebutuhan 1.233 kepala keluarga (KK) yang ada di tiga desa Pulau Siberut.
Adapun pada hari ini, Selasa (17/9/2019), pembangkit tersebut akan diresmikan dan mengalirkan listrik ke masyarakat Pulau Siberut.
"Kita akan coba kembangkan inovasi ini karena sangat baru bagi kita saya kira akan dikembangkan tempat lain," katanya.
Sebagai bagian dari upaya untuk memastikan ketersediaan bahan bakar pembangkitan, telah ditanam pula bambu seluas 250 hektare (ha). Dia meyakini bambu tersebut akan dapat mampu memenuhi kebutuhan energi PLTBm tanpa batas waktu.
"Saya pikir itu akan lama, sampai selamanya, karena kita akan coba kembangkan lagi bambu itu dari APBD," katanya.