Bisnis.com, JAKARTA - Sriwijaya Air Group mengklaim sudah bisa memperoleh keuntungan pada kuartal I/2019 seiring dengan perbaikan manajemen dan strategi perusahaan.
Direktur Utama Sriwijaya Air Group Joseph A. Saul mengatakan, beberapa kewajiban juga sudah mulai bisa dibayar. Sebelumnya, utang maskapai milik keluarga Chandra Lie tersebut memiliki utang hingga Rp1,6 triliun.
"Sebelumnya memiliki utang besar, kondisi sulit. Kuartal I/2019 sudah berbalik dan mulai ada keuntungan," kata Joseph, Selasa (28/5/2019) malam.
Dia berpendapat, tanpa kerja sama yang dilakukan dengan Garuda Group, Sriwijaya dinilai tidak akan mampu bertahan lama. Namun, nominal keuntungan tersebut masih enggan untuk disampaikan kepada publik.
Pihaknya juga mengklaim mampu meraih tingkat ketepatan waktu terbang (on time performance/OTP) hingga 91% selama Mei 2019. Hal tersebut akan dijaga sebagai nilai tambah yang diberikan kepada penumpang.
Sriwijaya juga meningkatkan aspek keselamatan dan keamanan dengan memperkuat kerja sama dengan PT Garuda Maintenance Facility (GMF) AeroAsia Tbk. sebagai penyedia sarana perawatan pesawat.
Dia mengaku akan mempertimbangkan untuk menutup dan mengurangi frekuensi beberapa rute penerbangan yang tidak prospektif seperti tujuan Bau-bau dan Merauke. Adapun, rute tujuan Banyuwangi juga sudah ditutup sebelumnya.
"Sebelumnya ada kompensasi yang diberikan untuk rute tersebut dari pendapatan rute padat. Sekarang sudah tidak bisa karena TBA [tarif batas atas] diturunkan," ujarnya.
Joseph akan terus memantau perkembangan permintaan pasca masa angkutan Lebaran. Jika tidak mengalami penurunan signifikan, maka penutupan rute penerbangan tidak perlu dilakukan.
Sriwijaya juga akan melakukan penambahan jumlah pesawat dari 52 unit menjadi 55 unit selama 2-3 tahun ke depan. Penambahan tersebut juga akan diikuti dengan peremajaan pesawat yang berusia lebih dari 10 tahun, untuk diganti dengan usia di bawah 8 tahun.