Bisnis.com, JAKARTA - Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) memperkirakan pertumbuhan ekonomi global akan terjerembab pada laju pertumbuhan di bawah standar akibat eskalasi ketegangan dagang yang menimbulkan berbagai risiko.
Secara dramatis, OECD telah menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi pada Maret lalu. Tak cukup sampai di situ, kali ini organisasi tersebut kembali merevisi perkiraan global menjadi 3,2 persen dari sebelumnya 3,3 persen.
Seperti laporan-laporan sebelumnya, OECD kali ini tetap berpegang pada pandangan suram terhadap peluang pertumbuhan ekonomi global.
Organisasi yang berbasis di Paris tersebut telah memperingatkan bahwa gangguan perdagangan dapat berdampak pada seluruh ekonomi dunia.
Kepala Ekonom OECD Laurence Boone mengatakan, pertumbuhan diperkirakan akan tetap berada di bawah standar karena ketegangan perdagangan yang masih menghantui pasar.
"Skenario serupa sedang berlangsung saat ini, di mana produktivitas manufaktur hancur akibat kenaikan tarif, penurunan tajam dalam kegiatan investasi, serta kepercayaan diri ekonomi yang semakin pupus," seperti dikutip melalui Bloomberg, Rabu (22/5/2019).
Baca Juga
Kondisi bisa saja menjadi lebih buruk mengingat ketegangan baru yang diperluas dengan pemberlakukan sanksi blacklist oleh Amerika Serikat (AS) terhadap raksasa teknologi asal China, Huawei Technologies.
Hingga saat ini, indeks perdagangan global sudah berada di level terendah selama satu dekade, dan perhitungan WTO menandakan berlanjutnya pelemahan pada kuartal kedua tahun ini.
OECD juga menandai risiko lain, termasuk sektor industri yang terdampak pelemahan manufaktur, tekanan keuangan dari utang swasta yang tinggi, hingga penurunan permintaan domestik di China.
Meskipun ada peningkatan kecil pada perkiraannya untuk AS dan zona euro, laporan OECD tersebut sepenuhnya dibayangi oleh nada yang pesimistis.
"Prospek tetap lemah dan ada banyak risiko penurunan yang memberikan bayangan gelap terhadap ekonomi global dan kesejahteraan masyarakat," kata Boone.
Selain memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global, OECD juga merevisi perkiraan untuk Jepang dan Kanada.
Situasi yang semakin rapuh menekan para pembuat kebijakan untuk segera menemukan solusi ekonomi yang paling efektif.