Bisnis.com, JAKARTA--Sebagian besar generasi milenial di Indonesia ditengarai menginginkan rumah baru sebagai hunian mereka dan sangat resisten terhadap rumah bekas, sehingga generasi ini menjadi pangsa pasar empuk bagi pengembang.
Berdasarkan riset rumah.com, dalam kategori usia, kalangan milenial adalah kalangan yang paling resisten terhadap rumah bekas.
“Total, 61 persen dari kalangan milenial hanya menghendaki rumah baru, hanya 39 persen yang tak keberatan dengan rumah seken [bekas]. Di sisi lain, kelompok umur yang lebih tua [40 tahun—59 tahun], hanya 34 persen yang hanya menginginkan rumah baru,” kata Manager Konten Rumah.com Boy Leonard Pasaribu dalam acara bertajuk Hunian Terintegrasi untuk Milenial, Rabu (8/5/2019).
Selain itu, menurutnya, milenial cenderung lebih mengutamakan konektivitas atau akses transportasi yang terintegrasi dan dekat dengan berbagai fasilitas yang mereka butuhkan termasuk kedai kopi atau ruang kerja bersama (co-working space) sebagai gaya hidup.
Sekretaris Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Dadang Rukmana menjelaskan bahwa kebutuhan konektivitas jaringan transportasi di wilayah Jabodetabek begitu besar. Hal ini akan menjadi peluang bagi pengembang dalam membangun hunian terintegrasi.
Perkembangan transportasi di kota-kota besar akan memberi dampak positif terhadap pembangunan hunian terintegrasi, khususnya bagi kalangan milenial sehingga para pelaku usaha diminta jeli untuk menggarap sektor ini.
Baca Juga
Selama ini, lanjutnya, pengembangan pembangunan rumah susun terintegrasi dengan stasiun lebih banyak digarap oleh BUMN, khususnya perusahaan negara sektor karya dan transportasi, seperti PT Kereta Api Indonesia.
“Pengembangan pembangunan rumah susun terintegrasi stasiun menjadi langkah awal bagi pemerintah bagi terbentuknya TOD [transit oriented development],” tutur Dadang pada acara yang sama.