Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tambah Jalur KA Jadi 13.000 KM, Pemerintah Butuh US$66 M

Kementerian Perhubungan targetkan jalur kereta di Indonesia menjadi 13.000 kilometer (km) hingga 2030.
Proyek rel kereta api. /Bisnis.com
Proyek rel kereta api. /Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perhubungan targetkan jalur kereta di Indonesia menjadi 13.000 kilometer (km) hingga 2030. Pembangunan tersebut membutuhkan investasi infrastruktur sebesar US$30,06 miliar dan rolling stock (bakal pelanting) sebesar US$35,52 miliar.


Dengan demikian, total kebutuhan dana untuk megaproyek tersebut diproyeksikan mencapai US$65,58 miliar. Kasubdit Lalu Lintas Ditjen Perkeretaapian, Kemenhub, Yudi Karyanto saat ini total panjang jalur kereta di Indonesia adalah 6.000 km. 


Rel yang ada saat ini yakni, Sumatra beroperasi 1.872,8 kilometer (km) dan tidak beroperasi sepanjang 628 km, di pulau Jawa rel kereta api yang beroperasi 4.131,7 km dan yang tidak beroperasi 1.862,5 km.

Ditambahkan dengan Trans-Sulawesi yang tengah dibangun berkisar 45 km. Dengan demikian, total jalur rel kereta api yang ada di Indonesia yakni 6.004,5 yang beroperasi, 45 km dalam pembangunan serta 2.490,5 km yang ada tapi tidak beroperasi. 


"Tentunya bisa dibayangkan dengan jumlah penduduk 270 juta saat ini kurang lebih dengan panjang rel 6.000 km total, begitu, kita sih berharap di tahun 2030 akan dikembangkan menjadi kurang lebih 13.000 km," terangnya, dalam acara Indonesia Railway Conference 2019 di Jiexpo, Kemayoran, Jakarta, Rabu (20/3/2019).

Jalur yang ada saat ini dinilai terlalu sedikit jika dibandingkan dengan jumlah penduduk. Kementerian Perhubungan akan membangun jalur kereta api hingga sepanjang 13.000 km dengan total investasi dari 0 itu memakan biaya hingga US$30 miliar.


Mengingat pemerintah kini sudah memiliki rel sepanjang 6.000 km, artinya total investasi infrastruktur tersebut akan lebih rendah dari US$30 miliar tersebut.

Adapun, untuk biaya pengadaan bakal pelanting atau peralatan otomotif kereta di atas rel seperti gerbong dan lokomotif akan memakan biaya US$35 miliar. Dengan demikian, total pembangunan akan memakan biaya hingga US$65 miliar atau setara Rp825,74 triliun.

Sementara itu, pemerintah memproyeksikan porsi pendanaan ini berasal dari 36% pembiayaan pemerintah dan 64% dari swasta atau BUMN.

"Kami mengundang [investor] yang punya big money investasi dengan skema KPBU/PPP.  Seperti yang ada di sini, ada 8 project yang kami targetkan di the next 2030, ada 3 urban transport dan 5 intercity transport," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper