Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pengembang Cari Aman Garap Rumah Subsidi

Perumahan untuk segmen menengah ke bawah, yang diperuntukkan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dinilai paling aman meskipun dalam situasi tahun politik dan ekonomi yang tidak stabil. Alhasil, tak hanya pengembang kecil, pengembang besar juga ikut bermain proyek perumahan subsidi.

Bisnis.com, JAKARTA - Perumahan untuk segmen menengah ke bawah, yang diperuntukkan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dinilai paling aman meskipun dalam situasi tahun politik dan ekonomi yang tidak stabil akibat faktor eksternal. Alhasil, tak hanya pengembang kecil, pengembang besar juga ikut bermain proyek perumahan subsidi.

CEO Elang Group, Elang Gumilang, mengatakan banyak pengembang yang tertarik menyasar segmen ini karena permintaan rumah pasti akan selalu ada.

"Apalagi pasar untuk segmen menengah juga belum membaik. Jika pengembang mau mencari aman, maka masuk ke segmen menengah ke bawah," kata Elang kepada Bisnis, Minggu (27/1/2019).

Dia juga menilai sifat willingness to pay pada segmen ini lebih kencang karena membeli hunian bukan dijadikan sebagai produk investasi, tapi memang merupakan suatu kebutuhan.

Lanjut dia, oleh karena perumahan subsidi bukan proyek pemerintah, siapa saja bisa mengerjakan proyek tersebut. "Karena bukan proyek tender pemerintah, jadi bebas, siapa saja boleh bangun karena backlog perumahan masih sangat tinggi," kata Elang

Elang mengatakan prosedur menggarap rumah subsidi tidak berbeda jauh dengan perumahan komersial. Yang membedakan adalah pemerintah sudah menetapkan batas harga untuk rumah subsidi. Namun batas harga tersebut berbeda di setiap daerah.

Elang Group yang sebelumnya ikut mengerjakan proyek segmen menengah, Elang mengatakan pihaknya akan kembali fokus menggarap perumahan segmen menengah ke bawah, khususnya perumahan untuk MBR.

Elang Group tengah menyiapkan pembangunan 5.000 unit rumah subsidi di kawasan Bogor dan Sukabumi. Pembangunan akan dilakukan secara bertahap, di mana pada tahap pertama kan dibangun sekitar 1.100 unit rumah.

Proyek tersebut akan dibangun di area segitiga emas Bogor, terletak tak jauh dari jalan tol dan stasiun commuter line Bogor, sehingga Elang menilai inilah yang menjadi kelebihan proyeknya. Selain itu, daerah lain yang akan dikembangkan proyek tersebut adalah Sukabumi.

Sekjen DPP Persatuan Perusahaan Realestat Indonesia (REI) Paulus Totok Lusida mengatakan meskipun margin rumah subsidi tipis, baik pengembang besar maupun pengembang kecil ikut mencicipi pasar rumah bagi MBR tersebut.

"Pembangunan rumah subsidi siapa pun bisa, karena backlog-nya besar, yang penting bankable dan visible," kata Totok kepada Bisnis, belum lama ini.

Dia mengatakan banyak pengusaha yang membangun rumah subsidi karena peruntukannya memang yang membutuhkan hunian yang pasarnya selalu ada sehingga realisasi lebih cepat dibandingkan dengan segmen rumah lainnya, seperti rumah menengah dan menengah atas.

Bahkan, Bobby Arif Nasution, menantu Jokowi ikut membangun rumah subsidi di Sukabumi. Pengembang besar seperti PT Ciputra Residence pun ikut membangun perumahan untuk MBR.

"Tidak hanya Bobby, pengembang besar Ciputra juga bangun rumah subsidi di Maja. Siapapun yang membangun tidak masalah, itu kan proyek pemerintah, bukan proyek swasta. yang dapat subsidi bunga kan juga end user," jelas dia.

Dia mengatakan peraturan membangun rumah subsidi pun tidak berbeda dengan membangun rumah komersial, di mulai dari anggaran dasar, lengkapnya tertuang dalam PP No. 64 tahun 2016 tentang pembangunan perumahan masyarakat berpenghasilan rendah.

PT Ciputra Development Tbk melalui entitas anak perusahaannya PT Ciputra Residence meluncurkan dua klaster terbaru sekaligus dari proyek Citra Maja akibat membludaknya jumlah permintaan dari konsumen pada akhir 2018 lalu.

Associate Director PT Ciputra Residence Yance Onggo mengatakan mulanya pihaknya hanya akan meluncurkan satu klaster terbarunya, Sanur, sebanyak 645 unit. Namun, sejak dibukanya pendaftaran NUP pada 26 November, jumlah permintaan telah mencapai 1.150 konsumen sehingga Ciputra Residence membuka klaster tambahan.

Dua klaster tersebut terdiri atas 3 tipe rumah, yaitu Tipe Kana (22/60) dengan harga Rp168 juta, Tipe Soka (27/72) dengan harga Rp208 juta, Tipe Dahlia (36/72) dengan harga Rp236 juta, dan Tipe Dahlia B (36/90) dengan harga Rp265 juta. Yance mengatakan seluruh harga unit sudah termasuk PPN dan biaya surat AJB BPHTB.

Sejak diluncurkan pertama kali pada 2015, Citra Maja Raya telah memberikan kontribusi penjualan sebesar Rp3,2 triliun dengan menjual sebanyak 14.000 unit rumah dengan komposisi 80% merupakan rumah sederhana dan 20% merupakan rumah berjenis real estate.

Sebagai informasi, Citra Maja Raya memiliki luas lahan sebesar 2.600 hektare dan telah melakukan serah terima sebanyak 7.000 unit rumah.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper