Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Lawan Perlambatan Asia, Sektor Manufaktur Indonesia Berekspansi pada Desember

Sektor manufaktur Indonesia terus berekspansi pada akhir tahun 2018, melawan tren perlambatan manufaktur di Asia pada bulan Desember.
Ilustrasi kegiatan industri manufaktur/Reuters
Ilustrasi kegiatan industri manufaktur/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Sektor manufaktur Indonesia terus berekspansi pada akhir tahun 2018, melawan tren perlambatan manufaktur di Asia pada bulan Desember.

Data Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Managers’ Index/PMI) yang dirilis IHS Markit, Rabu (2/1/2019) menunjukkan peningkatan ekspansi pada output, dan lonjakan pada permintaan baru.

PMI sektor manufaktur tercatat ke posisi 51,2 pada bulan Desember 2018 dari 50,4 pada bulan sebelumnya. Angka ini menunjukkan adanya perbaikan pada kondisi kesehatan manufaktur.

Meski pertumbuhan meningkat pada bulan Desember, data rata-rata PMI selama kuartal IV/2018 menjadi yang paling rendah pada tahun 2018.

Pertumbuhan ini antara lain didorong oleh tingkat permintaan yang menunjukkan pemulihan. Sementara itu, total bisnis baru juga naik pada akhir tahun, didorong oleh penguatan permintaan domestik.

Data  PMI memberikan gambaran tentang kinerja manufaktur di suatu negara yang berasal dari survei seputar output, permintaan baru, ketenagakerjaan, inventori, dan waktu pengiriman.

Kepala Ekonom di IHS Markit, Bernard Aw mengatakan pertumbuhan aktivitas manufaktur di Indonesia menandakan akhir yang baik pada tahun ini. Meskipun rata-ata kuartal IV menjadi yang terendah di tahun 2018, indikator PMI lainnya mengarah pada prospek cerah pada tahun 2019.

“Pertama, survei Nikkei terbaru menunjukkan tanda-tanda penguatan kondisi permintaan. Permintaan baru naik untuk pertama kalinya dalam empat triwulan selama bulan Desember, terutama didorong oleh pasar domestik. Sementara itu, ekspor terus menurun meski pada kisaran yang lebih kompetitif,” ungkap Bernard dalam rilis IHSG Markit yang dikutip Bisnis.com, Rabu (2/1/2018).

Selain itu, Bernard mengatakan peningkatan kapasitas operasional perusahaan yang peningkatan lapangan kerja di Desember yang paling kuat dalam empat bulan terakhir juga turut menjadi indikator positif pertumbuhan.

“Ketiga, kepercayaan bisnis bertahan tinggi, dengan lebih dari 45% perusahaan memperkirakan kenaikan output pada tahun mendatang,” lanjutnya.

“Stabilisasi rupiah terhadap dolar AS yang terjadi belakangan ini membantu menahan tekanan inflasi. Survei PMI menunjukkan biaya produksi naik pada akhir tahun, namun pada kisaran yang lebih rendah dibandingkan dengan beberapa bulan terakhir.”  

Ekspansi manufaktur di Indonesia ini berbanding terbalik dengan sejumlah negara lainnya di Asia. Berdasarkan data IHSG Markit, PMI sektor manufaktur China  turun menjadi 49,7 dari 50,2, level terendah terendah sejak Mei 2017.

Sementara itu, PMI Malaysia turun menjadi 46,8 dari 48,2, dengan angka pesanan baru berada pada posisi terlemah sejak Mei, sedangkan PMI Korea Selatan tetap berada di wilayah kontraksi untuk bulan kedua berturut-turut, dengan ekspor jatuh pada bulan Desember.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper