Bisnis.com, JAKARTA—Para pemimpin Asia Eropa sepakat untuk mempererat hubungan kemitraan dua benua. Selain itu, pemimpin Asia Eropa juga berkomitmen untuk menegakkan multilateralisme dan mengakui adanya manfaat dari praktik perdagangan bebas.
Presiden Dewan Eropa Donald Tusk menyampaikan bahwa pemimpin Asia Eropa yang hadir dalam Asia Europe Summit (ASEM) 2018 selama dua hari pada pekan lalu memang tidak memiliki pandangan yang sama dalam segala hal.
"Tapi kesamaan yang kami miliki lebih penting daripada ketidaksepahaman. Oleh karena itu, kami ingin dua benua ini agar lebih terhubung,” kata Tusk dalam pidato penutupannya, seperti dikutip dari laman resmi ASEM 2018, Minggu (21/10/2018).
Dia menjelaskan, dari sisi Eropa, motivasinya sangat jelas yaitu agar Asia dan Eropa berdagang lebih banyak terhadap satu sama lain, lebih sering mengunjungi satu sama lain, menyelamatkan habitat planet dari ancaman perubahan iklim, dan akhirnya memperkuat keamanan satu-sama-lain di masa-masa yang tidak pasti seperti sekarang ini.
Adapun, kawasan Asia dan Eropa yang mewakili dua per tiga dari pertumbuhan ekonomi, perdagangan, dan populasi global tersebut juga berkomitmen untuk menjaga sistem perdagangan multilateral.
“KTT ini memperlihatkan bahwa negara-negara yang telah berkumpul dari Eropa dan Asia ingin memiliki perdagangan yang berbasis aturan dan menjunjung multilateralisme,” ujar Merkel, seperti dikutip Reuters.
Adapun di dalam berkas pernyataan dari ASEM, Uni Eropa menyampaikan bahwa kepala pemerintahan di Asia dan Eropa sepakat untuk mempertahankan keterbukaan ekonomi dunia dan sistem perdagangan multilateral dengan Organisasi Dagang Internasional (WTO) sebagai intinya.
“Kita perlu mengatur sinyal bahwa multilateralisme tetap penting. Politisi mencoba percaya bahwa itu [multilateral] adalah negatif, tapi saya yakin itu tetap positif,” ujar PM Luxembourg Xavier Bettel.
Adapun pertemuan selama dua hari tersebut telah menggarisbawahi manuver politik dunia untuk menghadapi dampak dari agenda “America First!” yang diusung oleh Presiden AS Donald Trump.
Sejauh ini, AS telah mempertanyakan relevansi WTO dalam penyelesaian sengketa dagang global, menarik diri dari perjanjian PBB untuk mencegah pemanasan global, dan keluar dari kesepakatan internasional terkait pengawasan aktivitas nuklir Iran.
“Ketika membicarakan perubahan iklim, penting untuk memenangkan negara ini [AS] sebagai mitra. Penting untuk kita melangkah sebagai satu kesatuan,” kata Kanselir Austria Sebastian Kurz.
Adapun sebanyak lebih dari 50 kepala negara atau perwakilan pemerintahan di seluruh Asia dan Eropa telah hadir dalam konferensi tingkat tinggi tersebut, termasuk di antaranya Rusia, China, Jepang, Korea Selatan, dan Indonesia.
Para pemimpin atau wakil pemerintahan Eurasia itu juga berdiskusi mengenai isu luar negeri dan keamanan. Para pemimpin Asia-Eropa meminta denuklirisasi sempurna di Semenanjung Korea dan menekankan dukungan untuk kesepakatan nuklir Iran.
KTT itu juga menjadi ajang untuk mendiskusikan tantangan global, seperti perubahan iklim, migrasi, dan digitalisasi.