Bisnis.com, JAKARTA — Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) menyebut bank-bank sentral di Asia secara umum memiliki ruang untuk menurunkan suku bunga guna mendukung permintaan domestik dan mengimbangi dampak perang dagang global yang meningkat.
Melansir Bloomberg pada Jumat (25/4/2025), IMF menyebut, kawasan Asia berada dalam kondisi yang jauh lebih kuat daripada sebelum krisis keuangan Asia.
Direktur IMF untuk Departemen Asia dan Pasifik Krishna Srinivasan menjelaskan bahwa inflasi di kawasan tersebut setara atau bahkan di bawah kisaran target bank-bank sentral, yang seharusnya memungkinkan pelonggaran moneter lebih lanjut. Namun, hal itu dapat melemahkan mata uang, terutama jika suku bunga di AS tetap tinggi untuk waktu yang lebih lama.
"Apa yang kami sarankan kepada negara-negara adalah membiarkan nilai tukar menjadi peredam guncangan, dan membiarkan kebijakan moneter memberi anda ruang yang anda butuhkan untuk menyesuaikan diri" dengan guncangan tarif, kata Srinivasan.
Rekomendasi tersebut muncul karena tarif Presiden AS Donald Trump mengancam akan memperlambat ekonomi global, dengan kawasan Asia yang didorong oleh ekspor akan menjadi salah satu yang paling terpukul.
IMF memperkirakan ekonomi Asia hanya akan tumbuh 3,9% tahun ini dan 4% pada 2026 karena mengalami pukulan ganda dari permintaan eksternal yang lebih lemah dan tarif AS yang lebih tinggi.
Baca Juga
Itu merupakan penurunan kumulatif sebesar 0,8 poin persentase dari perkiraan IMF sebelumnya, penyesuaian paling tajam sejak pandemi, katanya. Srinivasan menyebut, perkiraan baru tersebut juga menghadapi risiko penurunan yang signifikan, tergantung pada hasil negosiasi perdagangan dengan AS.
Di sisi positifnya, dia mengatakan fundamental kawasan tersebut jauh lebih baik daripada selama krisis keuangan Asia 1997—1998, ketika IMF menyelamatkan Indonesia, Korea Selatan, dan Thailand. Perbedaannya termasuk kerangka kebijakan yang kredibel, bank sentral yang independen, dan lebih sedikit ketidaksesuaian mata uang dalam neraca negara-negara Asia.
IMF mendesak Asia untuk memperhatikan ekonomi domestiknya guna mendorong pertumbuhan, dan melaksanakan reformasi struktural yang diperlukan untuk merangsang konsumsi dan investasi yang masih lemah dibandingkan dengan tingkat sebelum pandemi.
Biaya pinjaman yang lebih rendah akan membantu meningkatkan permintaan dan mengangkat negara-negara keluar dari wilayah deflasi, seperti China dan Thailand.
"Setiap dukungan fiskal harus ditargetkan dan dibatasi waktu karena defisit anggaran tetap tinggi pasca-Covid," kata Srinivasan.