Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah menargetkan pengoperasian rute roll on-roll off (Ro-Ro) Dumai-Malaka semester I/2019 setelah setelah seluruh persiapan selesai. Indonesia dan Malaysia akan memetik pelajaran dari rute Bitung-Davao yang mati suri.
Kepala Subdit Angkutan Luar Negeri Kementerian Perhubungan Een Nuraini Saidah mengatakan kedua negara telah menggelar dua kali pertemuan gugus tugas (bilateral task force).
Pada pertemuan pertama pada Maret 2018, Indonesia dan Negeri Jiran menandatangani nota kesepahaman (MoU) implementasi rute Dumai-Malaka. Dalam kesempatan itu, kesepakatan juga dijalin antara PT Pelindo I (Persero) dengan Tanjung Bruas Port sebagai operator pelabuhan Dumai dan Malaka. MoU mencakup semua persyaratan atau pengaturan teknis yang dibutuhkan oleh kedua negara untuk meresmikan rute Dumai-Malaka.
"Kedua negara menyepakati agar kedua belah pihak dapat mempersiapkan semua informasi dan dokumentasi mengenai SOP [standard operating procedure], persyaratan, serta peraturan terkait dengan pengimplementasian rute ro-ro tersebut," katanya, Kamis (6/9/2018).
Sementara pada pertemuan kedua yang dihelat hari ini, kedua pemerintahan membahas beberapa isu strategis menyangkut kesiapan transportasi, komoditas, dan infrastruktur.
Pembahasan aspek kesiapan transportasi fokus pada kesiapan Pelindo I, Bea dan Cukai, Imigrasi, Karantina, serta ketersediaan kapal.
"Sementara, aspek komoditas yang dibahas meliputi barang-barang yang dapat diangkut dari Dumai dan juga regulasi atau tata niaga perdagangan internasional," jelas Een.
Rute Dumai-Malaka merupakan salah satu mandat Master Plan on ASEAN Connectivity yang disepakati para pemimpin Asia Tenggara, di samping rute Belawan-Penang-Phuket, dan Bitung-Davao/General Santos.
Een mengatakan, sejak rute Bitung-Davao/General Santos diluncurkan Presiden Indonesia Joko Widodo dan Presiden Filipina Rodrigo Duterte April 2017, hanya ada dua pelayaran yang melayani rute ini. Masalahnya, komoditas yang diangkut kurang, tidak ada operator yang tertarik melayani rute ini, sehingga biaya operasional tinggi.
“Saya harap, kita [Indonesia dan Malaysia] dapat mengambil pelajaran dari kasus rute Bitung-Davao/General Santos sehingga nantinya rute Dumai-Malaka dapat diimplementasikan dengan baik tanpa masalah serius,” ujarnya.