Bisnis.com, JAKARTA — Tim Regali dari Fakultas Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor (IPB) menyambet gelar juara kedua dalam kompetisi Developing Solution for Developing Countries (DSDC) di Chichago, AS.
DSDC diselenggarakan oleh Institute Food Technologist Student Asscation (IFTSA). Tahun ini, tema yang diangkat adalah solusi mengatasi food insecurity dan malnutrisi di daerah sub-sahara Afrika akibat dampak kekeringan selama 2 tahun beruturut-turut.
Kompetisi DSDC merupakan salah satu rangkaian kegiatan IFT EXPO 2018 yang diadakan untuk mahasiswa S1-S3 dari seluruh dunia. IFT sendiri merupakan organisasi profesi internasional bertempat di Amerika Serikat yang beranggotakan praktisi ilmu dan teknologi pangan, pengusaha dan pemerintah yang berasal dari seluruh dunia.
Ica Candra Rambadiana, anggota Tim Regali IPB mengatakan bahwa kompetisi DSDC menantang mahasiswa teknologi pangan di seluruh dunia untuk menerapkan ilmu dan keahlian mereka melalui solusi berupa pengembangan produk pangan tepat guna yang layak diimplementasikan dari segi proses dan sosial-ekonomi skala industri.
Dalam kompetisi ini, menurut Ica tim IPB mengirimkan dua tim Chikolo dan Regali.
Dia bercerita sebanyak 61 proposal yang juga rekor jumlah proposal terbanyak dari 11 negara terdaftar pada seleksi tahap awal, sebelum akhirnya terpilih enam tim pada tahap final.
Tim terpilih diundang untuk hadir dalam rangkaian sesi presentasi oral di gedung McCormmick Place, Chicago, Amerika Serikat. Keenam tim tersebut terdiri atas 3 tim Indonesia, 2 tim Kanada dan 1 tim Amerika serikat.
“Gelar peringkat kedua tahun ini bukan merupakan prestasi pertama IPB dalam kompetisi ini. Tahun 2017 IPB juga meraih peringkat kedua dan ketiga dalam kompetisi DSDC yang diadakan di Las Vegas, Amerika,” katanya.
Dalam kompetisi itu, inovasi yang ditawarkan IPB adalah memberikan kontribusi peningkatan status nutrisi pada anak-anak yang terkena malnutrisi protein dan mikronutrien.
Tim Regali menawarkan inovasi pangan berupa makanan pokok negara Kenya (ugali) yang dikalengkan, sehingga menghasilkan produk akhir siap makan (ready-to-eat). Produk tersebut dapat menjadi solusi dari keterbatasan akses air bersih untuk memasak di negara tersebut.
Tidak hanya itu, Regali (nama produk) juga didesain untuk memenuhi kebutuhan mikronutrien, yang menjadi faktor utama penyebab malnutrisi pada anak-anak Kenya, dengan cara mencampur bahan baku utama (jagung) dengan sorghum dan wortel. Selain tinggi akan kandungan mikronurien, pemilihan sorghum dan wortel juga didasarkan pada ketersediaannya yang memadai untuk sustainabilitas rantai pasok produk. Desain makanan pokok (staple food) juga memungkinkan produk mudah diterima konsumen sehingga penetrasi pasar cepat.
Sementara itu, Team Chikolo menawarkan inovasi produk pangan berbasis camilan (snack) lokal masyarakat di negara Ethiopia yang dikenal dengan nama Dabo kolo. Chikolo terbuat dari chickpea dan barley sebagai bahan baku utama yang ditujukan untuk meningkatkan asupan protein dan kalori kalangan anak ethiopia usia 4 tahun ke atas.
Produk Regali dan Chikolo tidak hanya melakukan inovasi dari sisi produknya saja, melainkan dari sisi kemasan dan faktor-faktor lain yang berkontribusi pada peningkatan nilai tambah produk.
Kedua tim juga sudah melakukan analisis kelayakan bisnis untuk industrialisasi produk mereka dan menyatakan bahwa produk mereka layak untuk bersaing di pasar domestik negara target yang nantinya akan berkontribusi pada peningkatan kualitas hidup masyarakat di negara target.