Bisnis.com, JAKARTA — Pembangunan infrastruktur menjadi syarat utama untuk pengembangan gas bumi sebagai salah satu energi utama selain minyak dan batu bara. Dalam Konferensi Gas Dunia (World Gas Conference) 2018 mencatat, pada 2040 gas bumi bakal menjadi energi utama bersama dengan minyak.
Plt. Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, untuk mendorong penggunaan gas bumi sebagai sumber energi memang membutuhkan dukungan dari segi infrastruktur. Nantinya, infrastruktur itu diperlukan untuk mengutilisasi gas alam cair (liquified natural gas/LNG) lokal secara maksimal.
"Infrastruktur yang dibutuhkan antara lain, seperti terminal LNG dan pipa gas. Hal itu bakal bisa membuat harga gas domestik menjadi lebih kompetitif," ujarnya dalam acara World Gas Conference 2018, Senin (28/6).
Nicke mengatakan, Pertamina pun akan semakin mendalami bisnis gas dari sisi infrastrukturnya seperti, LNG dan gas pipa. Holding BUMN Migas pun menjadi pendukung geliat perseroan untuk memperkuat infrastruktur gas.
"Infrastruktur gas memang harus diperkuat dengan rencana pengembangan industri. PGN [PT Perusahaan Gas Negara Tbk.] dan PT Pertamina Gas bakal mengembangkan infrastruktur agar mendekatkan sumber gas dengan konsumen," ujarnya.
Jarak antara sumber gas dengan konsumen yang semakin dekat bisa menekan harga jual gas lebih kompetitif. Hal itu bakal berdampak positif kepada industri nasional yang semakin kompetitif.
Nicke mengatakan, perseroan pun tidak khawatir terkait sumber gas untuk disalurkan ke konsumen. "Kami sudah mendapatkan beberapa wilayah kerja migas baru. Hal itu bisa menjadi sumber gas baru untuk Pertamina," ujarnya.
Dia mengatakan, rencana perseroan ke depannya adalah berkoordinasi dengan konsumen gas utama seperti, PT Perusahaan Listrik Negara (Persero). Soalnya, perseroan tidak bisa merencanakan investasi infrastruktur gas sendiri tanpa berbicara dengan konsumen.
"Nantinya, infrastruktur ini kan untuk memberikan harga gas yang kompetitif kepada konsumen. Join planning dilakukan agar jelas apa yang harus didukung," ujarnya.
Sementara itu, dalam konferensi gas internasional itu dipaparkan pengembangan gas bumi di China. Negeri Tirai Bambu itu terus membangun infrastruktur terkait gas bumi.
Saat ini, pipa gas China memiliki panjang 70.000 km. Pada 2020, China ingin menambah panjang pipanya menjadi 100.000 km.
Negara Asia Timur itu pun telah mengoperasikan 18 terminal LNG dengan kapasitas 60 juta ton per tahun. Lalu, 7 dari 18 terminal LNG sedang dalam pegembangan agar bisa menampung kapasitas lebih besar.
Lalu, China telah merencanakan pengembangan 11 terminal LNG di China dengan kapasitas menjadi 80 juta ton.
Adapun, beberapa saran agar bisa membuat gas alam menjadi bagan akar utama di dunia, termasuk untuk industri antara lain, meningkatkan eksplorasi dan pengembangan sumber daya, meningkatkan keahlian manajerial melalui digitalilsasi, dan advokasi pemanfaatan gas bumi karena tingkat efisien yang tinggi sampai karbon yang sangat rendah.
Saat ini, posisi gas bumi sebagai sumber energi berada di posisi ketiga dengan persentase sebesar 23,3%. Posisi gas bumi berada di bawah batu bara yang sebesar 27%, dan minyak sebesar 34%.
Pada 2030, gas bumi diperkirakan bakal mengambil alih posisi batu bara sebagai sumber energi terbesar ke dua, sedangkan pada 2040 gas bumi akan menjadi sumber energi utama bersama minyak.
Dalam keterangan resmi kementerian ESDM, Menteri ESDM Ignasius Jonan mengatakan, gas bumi telah memiliki peran penting dalam bauran energi di Indonesia. Pada 2025, bauran energi gas bumi akan menjadi 22%, sedangkan pada 2050 menjadi 24%.
"Saat ini, sekitar 62% gas Indonesia digunakan untuk domestik dengan sektor listrik dan industri sebagai konsumen gas terbesar, selain digunakan sebagai bahan baku dalam industri pupuk, LNG domestik, lifting, gas kota dan transportasi," ujarnya. (Surya Rianto)