Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

SKK Migas Sebut Hampir 70% Produksi Gas Nasional Diserap Pasar Domestik

SKK Migas mencatat realisasi pemanfaatan gas bumi untuk domestik hampir mencapai 70%.
Ilustrasi infrastruktur pipa gas PGN/Dok. PGN
Ilustrasi infrastruktur pipa gas PGN/Dok. PGN

Bisnis.com, JAKARTA — Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) mencatat realisasi pemanfaatan gas bumi untuk domestik hampir mencapai 70%. Hal ini selaras dengan komitmen pemerintah memprioritaskan kebutuhan gas nasional. 

Deputi Keuangan dan Komersialisasi SKK Migas Kurnia Chairi mengatakan, data realisasi pemanfaatan gas bumi terkini yaitu 69,26% dari keseluruhan gas bumi yang diproduksi nasional untuk permintaan domestik. 

"Jadi sisanya adalah ekspor, ya sekitar 30% dan mostly untuk meneruskan kontrak-kontrak jangka panjang yang sudah berjalan, ya khususnya dari sisi LNG di Bontang dan Tangguh," kata Kurnia di Jakarta, Kamis (17/7/2025). 

Dia tak memungkiri kebutuhan gas bumi di Indonesia terus mengalami peningkatan. Namun, dari sisi supply sempat mengalami tekanan ketika pasokan gas mengalami penurunan alamiah (natural decline) sebesar 8% pada masa pandemi. 

Kendati demikian, sejak 2023, pihaknya melihat tren produksi gas terus meningkat. SKK Migas optimistis produksi gas dalam beberapa tahun ke depan akan positif seiring tambahan produksi dari sejumlah lapangan.

"Peningkatan supply yang meningkat secara perlahan, tapi pasti ya sekitar 2% sampai 3% setahun ya sejak 2023 sampai 2024 dan kita proyeksikan 2025 juga akan terus meningkat," tuturnya. 

Adapun, peningkatan konsumsi gas dalam negeri ditengarai penggunaan energi bersih yang menjadi tren kebijakan ke depan, efisiensi energi, serta pertumbuhan industri pengguna gas bumi yang meningkat. 

"Kebijakan pemerintah sejak dulu sudah sangat clear bahwa untuk gas bumi adalah diprioritaskan untuk kebutuhan domestik. Jadi, kalau kita melihat data beberapa tahun terakhir, penggunaan gas bumi untuk domestik terus meningkat," ujarnya. 

Lebih lanjut, dia menuturkan bahwa terdapat tantangan missmatch atau ketidakcocokan antara sumber pasokan gas dengan wilayah peningkatan demand. Terlebih, infrastruktur transmisi yang masih menjadi tantangan utama. 

Dia menyebutkan, untuk produksi LNG, seperti di Tangguh, Papua dan Bontang, Kalimantan Timur merupakan sumber gas utama, kemudian di Bontang. Sementara dari sisi gas pipa di wilayah Jawa Timur yang mengalami surplus pasokan.

"Nah, namun di sisi lain ada wilayah yang surplus juga yang tadi mengalami kendala-kendala dari sisi belum adanya infrastruktur yang bisa men-deliver gas tersebut," jelasnya. 

Untuk itu, pemerintah terus berupaya menyelesaikan surplus pasokan di Jawa Timur dengan membangun pipa Cisem hingga ke Jawa Barat. Proyek ini masih dalam tahap konstruksi. 

"Kemudian, kita tahu di wilayah Natuna juga mengalami surplus pasokan karena Singapura selaku buyer satu-satunya kita di Natuna itu mulai mencari sumber-sumber energi lain yang lebih murah," tuturnya. 

Terdapat sejumlah strategi hulu migas yang dilakukan untuk menjaga pemenuhan pasokan gas domestik, yaitu mendorong eksplorasi dan percepatan produksi, penyaluran LNG pada jaringan gas domestik, penjadwalan dan pengaturan kembali kontrak ekspor ke domestik, serta skema gas swap


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro