Bisnis.com, JAKARTA – Aktivitas manufaktur Jepang berekspansi pada kecepatan yang sedikit lebih lambat pada bulan Maret di tengah meredanya pertumbuhan pesanan baru, dan produksi. Namun, ekonomi secara keseluruhan tetap solid.
Data final Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Managers’ Index/PMI) sektor yang dirilis Markit/Nikkei pada Senin (2/4/2018) jatuh ke level 53,1 pada Maret, sedikit di bawah data awal sebesar 53,2 dan di bawah data PMI final bulan Februari yang mencapai 54,1.
Laju indeks aktivitas sektor manufaktur tersebut turun untuk bulan kedua berturut-turut, namun masih di atas ambang 50 yang berarti aktivitas mengalami ekspansi selama 19 bulan berturut-turut.
"Data survei terbaru menyajikan penurunan kedua berturut-turut dalam PMI Manufaktur untuk Jepang," kata Joe Hayes, ekonom di IHS Markit, yang menyusun survei, seperti dikutip Reuters.
“Angka tersebut menggambarkan keseluruhan ekonomi yang tetap optimis. Angka 53,1 masih menunjukkan peningkatan kondisi bisnis yang cukup kuat,” lanjutnya.
Indeks angka pesanan baru mencapai 53,1, di bawah data awal sebesar 53,2 dan turun dari 54,7 pada bulan sebelumnya.
Baca Juga
Sementara itu, indeks pesanan ekspor baru tidak berubah dari perkiraan sebelumnya di 52,5, tetapi turun dibandingkan dengan angka final 54,1 pada bulan Februari.
Reuters mengungkapkan, perekonomian Jepang telah berkembang selama delapan kuartal berturut-turut, laju terpanjang sejak pertumbuhan 12 kuartal selama pertengahan hingga akhir 1980-an.
Beberapa ekonom telah memperingatkan bahwa laju pertumbuhan dapat mereda tahun ini karena belanja konsumen mungkin sedikit menurun, meskipun kinerja ekspor perusahaan di Jepang yang kuat terus mendukung negara dengan ekonomi terbesar ketiga di dunia ini.