Bisnis.com, JAKARTA -- Indonesia Property Watch merilis survei yang menunjukkan tren pasar perumahan di Jakarta tidak terpengaruh Pemilihan Kepada Daerah 2017 lalu.
CEO Indonesia Property Watch Ali Tranghanda menunjukkan sesuai survei Indonesia Property Watch (IPW) bahwa tren pasar perumahan diperkirakan mulai berada di jalur yang menjanjikan usai Pilkada.
Dia tak menampik terjadi sedikit penurunan pada semester I/2017. Pasalnya penjualan di Jakarta mengalami penurunan 13,3% (qtq). Seiring dengan hal tersebut, nilai penjualan naik sebesar 46% (qtq) pada kuartal empat 2017 dengan perkiraan transaksi sebesar Rp1,08 triliun.
Sementara itu, nilai penjualan tertinggi berada di Banten sebesar 79% (qtq), diikuti oleh Bodebek 29,9% (qtq). Penurunan terjadi di Jakarta sebesar 7,7% (qtq). Dia memprediksi peningkatan penjualan akan mulai terlihat semester kedua 2017 dan diperkirakan terus berlanjut sampai awal 2018.
Penjualan perumahan di area Jabodebek-Banten mencapai 2.457 unit pada kuartal empat 2017 atau terjadi peningkatan 62,4% (qtq). Ada pun kenaikan tertinggi terjadi di wilayah Banten seperti yang telah sebelumnya dirilis sebesar 124,6% (qtq), diikuti oleh Bodebek sebesar 3,5% (qtq).
Kata Ali, permintaan rumah di segmen Rp300 juta– Rp1 miliar mendominasi sampai 44% dari total penjualan rumah, meskipun terjadi penurunan komposisi dari sebelumnya 46,1%. Rumah dengan harga Rp150 juta – Rp300 jutaan mengalami kenaikan permintaan dari 26,4% menjadi 34,4% dari total penjualan rumah sampai akhir 2017.
Baca Juga
Justru penurunan terjadi pada rumah bersegmen subsidi yang turun dari 17,0% menjadi 14,9%. Tren penurunan terjadi juga di segmen rumah seharga diatas Rp1 miliar dari 10,3% menjadi 6,7%.
Meskipun terjadi kenaikan, tingkat penjualan ini masih lebih rendah 9,8% (yoy) dibandingkan dengan total penjualan rumah tahun 2016. Penurunan yang terjadi pada 2017 lebih dikarenakan anjloknya penjualan rumah yang terjadi di semester I/2017.
"Namun demikian, kondisi yang terjadi tersebut tidak mencerminkan kondisi tren pasar perumahan sebenarnya karena lebih terganggu oleh isu-isu sensitif seputar Pilkada DKI Jakarta yang membuat dampak psikologis bagi pasar untuk sedikit menahan pembelian propertinya," ungkap Ali melalui siaran pers, Selasa (20/3/2018).
Ali memperkirakan, pada 2018 pasar perumahan akan tetap berada dalam posisi tren naik dan semakin meningkat sampai akhir semester I/2018. Hal ini juga disambut oleh beberapa pengembang yang sudah mulai meluncurkan produk-produk barunya di awal-awal 2018 sehingga pasar perumahan pada semester I/2018 diperkirakan relatif lebih aktif dibandingkan tahun sebelumnya.