Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pelemahan Rupiah Buka Peluang Peningkatan Penjualan Baja Lokal

Purwono Widodo, Ketua Cluster Flat Product Asosiasi Besi dan Baja Indonesia (IISIA), menuturkan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat justru akan menekan arus impor dan berpotensi meningkatkan permintaan produsen lokal. Hal ini disebabkan pengimpor khawatir jatuh tempo atau barang akan sampai pada saat dolar AS menguat tajam.
Ilustrasi baja./Reuters-Sheng Li
Ilustrasi baja./Reuters-Sheng Li

Bisnis.com, JAKARTA—Purwono Widodo, Ketua Cluster Flat Product Asosiasi Besi dan Baja Indonesia (IISIA), menuturkan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat justru akan menekan arus impor dan berpotensi meningkatkan permintaan produsen lokal. Hal ini disebabkan pengimpor khawatir jatuh tempo atau barang akan sampai pada saat dolar AS menguat tajam.

"Pilihannya ya beli baja domestik, meskipun harga naik akibat kurs akan tetapi karena lead time pendek, maka lebih bisa diperhitungkan," ujarnya.

Purwono menjelaskan produk baja merupakan komoditas internasional yang harganya berbasis dolar AS, dimulai dari bahan baku hulu berupa iron ore, cooking coal, dan gas yang harganya dalam dolar AS. Dengan demikian produk antara dan hilir baja juga dihitung dengan basis dolar. 

Produk baja Indonesia, meski dijual dalam rupiah, tetapi basis tetap dolar AS, oleh karena itu apabila nilai tukar rupiah melemah, maka harga baja dalam rupiah otomatis disesuaikan dengan kurs yang baru.

Kendati demikian, Purwono mengkhawatirkan berita yang kurang tepat terkait pelemahan rupiah yang diperkirakan terus berlanjut akan berdampak pada transaksi pembelian produk baja yang terhentu karena pembeli akan memilih sikap wait and see.

"Berita-berita [pelemahan masih berlanjut] ini kan kurang akurat dan sudah diluruskan pemerintah maupun Bank Indonesia. Jika ada berita seperti itu berdampak pada berhentinya transaksi pembelian produk baja karena pembeli akan wait and see," tuturnya.

Pada kesempatan terpisah, Bank Indonesia yakin rupiah akan tetap kuat dan kembali pada level fundamentalnya, meskipun otoritas moneter Amerika menaikkan suku bunga The Fed.

Asisten Gubernur Kepala Departeman Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia Dody Budi Waluyo mengatakan pengaruh kenaikan suku bunga the Fed pada nilai tukar rupiah terhadap dolar tetap ada, tetapi pengaruh tersebut hanya akan sesaat.

"Dengan ekonomi domestik yang masih kuat diperkirakan pengaruh kenaikan Fed Fund rate pada Rupiah akan sesaat dan rupiah kembali menguat ke level fundamentalnya, dan hal ini diperkirakan juga akan terjadi di seluruh mata uang dunia temasuk di kawasan," katanya kepada Bisnis.com, Minggu (18/3/2018).

Berdasarkan pemberitaan sebelumnya, pertemuan FOMC akan diselenggarakan pekan depan, dan investor masih menunggu-nunggu arah kebijakan The Fed nantinya.

Dody mengatakan, pasar sudah relatif yakin dengan 3 kali kenaikan suku bunga The Fed pada 2018, dengan kenaikan pertama pada bulan [Maret] ini.

Pihaknya juga telah memprediksikan seberapa besar tekanan yang akan terjadi pada nilai tukar rupiah terhadap dolar nantinya.

Namun, Dody tidak menjelaskan secara rinci seberapa besar tekanan tersebut.

Dody menjelaskan, langkah stabilisasi nilai tukar ditempuh di jangka pendek adalah dengan selalu berada di pasar melalui intervensi di pasar valas maupun secara dual intervention di pasar valas dan pasar obligasi melakukan komunikasi tentang outlook perekonomian 2018.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper