Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Usai Beri Sanksi ke Iran, AS Incar ‘Hukuman’ untuk China

Amerika Serikat berencana mengenakan sanksi berupa tarif impor yang tinggi terhadap produk baja dari China, setelah lebih dulu menghukum Iran.
Usai Beri Sanksi ke Iran, AS Incar ‘Hukuman’ untuk China. Presiden Amerika Serikat Joe Biden menyampaikan pidato di Julian Dixon Library in Culver City, California, AS pada Rabu (21/2/2024). - Bloomberg/Eric Thayer
Usai Beri Sanksi ke Iran, AS Incar ‘Hukuman’ untuk China. Presiden Amerika Serikat Joe Biden menyampaikan pidato di Julian Dixon Library in Culver City, California, AS pada Rabu (21/2/2024). - Bloomberg/Eric Thayer

Bisnis.com, JAKARTA — Amerika Serikat (AS) berencana memberikan ‘hukuman’ dalam bentuk kebijakan perdagangan kepada China. Wacana itu muncul setelah AS menjatuhkan sanksi ke Iran.

Adapun belum lama ini, Pemerintah AS bakal segera memberikan saksi baru kepada Iran usai melakukan serangan balasan ke Israel pada Sabtu (13/4/2024).

Menteri Keuangan AS Janet Yellen menyampaikan sanksi baru yang akan diberikan kepada Iran berupaya untuk memangkas kapasitas Iran dalam mengekspor minyak.

“Sehubungan dengan sanksi, saya sepenuhnya berharap bahwa kami akan mengambil tindakan sanksi tambahan terhadap Iran dalam beberapa hari mendatang,” ujar Yellen dikutip dari Reuters pada Rabu (17/4/2024).

Yellen juga menambahkan pemerintah AS akan terus membahas sanksi yang akan diberikan supaya bisa mengganggu kondisi keuangan Iran.

Sementara itu, tak lama setelah menyasar Iran, AS kini tampak mengarahkan kebijakan internasionalnya kepada China.

Dilansir dari Reuters, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengusulkan tarif yang lebih tinggi untuk produk baja dan alumunium China hingga 25%, saat berkampanye di kota produsen baja yakni Pittsburgh, Rabu (17/4/2024).

Adapun kebijakan tarif impor yang tinggi yang pernah dikenakan kepada China pada masa kepemimpinan Donald Trump, terbukti telah menyejahterakan para pelaku industri baja di Pennsylvania. Meskipun kebijakan itu telah dikecam oleh China.

“Perusahaan baja China tidak perlu khawatir untuk mendapatkan keuntungan. Mereka tidak bersaing, mereka curang dan kita telah melihat dampak buruknya di sini, di Amerika,” kata Biden, dikutip dari Reuters, Kamis (18/4/2024).

Pemerintahan Biden juga menekan negara tetangganya, Meksiko, untuk melarang China menjual produk logamnya ke AS secara tidak langsung dari sana.

Pada saat yang sama, China meluncurkan penyelidikan terhadap praktik perdagangan negaranya pada sektor pembuatan kapal, maritim, dan logistik yang dapat menyebabkan kenaikan tarif.

Langkah-langkah tersebut mengundang pukulan balik dari China saat ketegangan antara dua negara ekonomi terbesar dunia meningkat.

Adapun, produk-produk yang kini menjadi sasaran akan dikenakan retribusi sebesar 7,5%, berdasarkan kebijakan era Trump sesuai Pasal 301 Undang-Undang Perdagangan AS.

Usulan tarif yang lebih tinggi akan berlaku untuk produk senilai lebih dari US$1 miliar seperti baja dan aluminium.

Juru bicara Kedutaan Besar China di Washington Liu Pengyu menyebut tarif tersebut sebagai perwujudan unilateralisme atau tindakan sepihak dan proteksionisme, serta menganggap AS melakukan kesalahan yang sama berulang kali.

Pemberlakuan tarif yang lebih luas oleh Trump selama masa kepresidenannya pada 2017—2021 mendorong China melakukan pembalasan dengan mengenakan tarif mereka sendiri.

Saat kampanye, Biden mengatakan bahwa tidak ada perang dagang, tetapi perwakilan perdagangannya mengatakan bahwa diperlukan tindakan tegas untuk melindungi kendaraan listrik dari persaingan yang disubsidi China.

Di sisi lain, perekonomian menjadi kekhawatiran utama para pemilih pada pemilihan umum (pemilu) AS antara Biden dan Trump.

Para calon presiden masing-masing telah mendekati pemimpin-pemimpin serikat pekerja dan pekerja kerah biru di berbagai pusat industri, termasuk Pennsylvania, Michigan, dan Nevada.

Pendekatan Biden adalah dengan memberikan kemenangan kepada serikat pekerja, saat melawan usulan tawaran senilai US$14,9 miliar dari Nippon Steel Jepang untuk membeli US Steel Corp.

Langkah-langkah yang diadopsi Biden berhasil membuat serikat pekerja baja mendukungnya.

China mengekspor 25,8 juta ton produk baja pada kuartal I/2024, tertinggi untuk periode tersebut sejak 2016 dan meningkat sebesar 30,7% year-on-year (YoY), menurut data bea cukai China. (Chatarina Ivanka)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Redaksi
Sumber : reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper