Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Presiden AS Joe Biden Sebut China 'Xenofobia', Ada Apa?

Presiden AS Joe Biden menyebut China sebagai xenofobia dalam sambutan kepada pekerja di Pittsburgh.
Presiden Amerika Serikat Joe Biden menyampaikan pidato di Julian Dixon Library in Culver City, California, AS pada Rabu (21/2/2024) dengan latar bertuliskan Cancelling Student Debt atau pengampunan pinjaman mahasiswa yang merupakan program pemerintah AS. - Bloomberg/Eric Thayer
Presiden Amerika Serikat Joe Biden menyampaikan pidato di Julian Dixon Library in Culver City, California, AS pada Rabu (21/2/2024) dengan latar bertuliskan Cancelling Student Debt atau pengampunan pinjaman mahasiswa yang merupakan program pemerintah AS. - Bloomberg/Eric Thayer

Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyebut China “xenofobia” sembari menyoroti tekanan ekonomi ekonomi Negeri Panda tersebut, di kala ia menegaskan kekuatan ekonomi negaranya.

Biden dalam sambutannya kepada para pekerja baja di Pittsburgh pada Rabu waktu setempat (17/4/2024) mengatakan bahwa China memiliki populasi yang lebih banyak pensiun dibandingkan yang bekerja. 

“Mereka tidak mengimpor apa pun. Mereka xenofobia – tidak ada orang lain yang mau ikut serta. Mereka punya masalah nyata,” jelas Biden mengenai China, seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (18/4/2024).. 

Meskipun hubungan AS dan China secara keseluruhan telah stabil pada akhir-akhir ini, ketegangan yang meningkat mengenai investasi China di bidang manufaktur yang berisiko menyebabkan hilangnya pekerjaan di kalangan pekerja kerah biru. 

Adapun, pernyataan tersebut juga menjadi salah satu teguran yang paling tajam yang disampaikan Biden terhadap China, yang mencatat pertumbuhan ekonomi lebih cepat dari perkiraan pada kuartal I/2024.

Untuk diketahui, para pejabat China baru-baru ini berupaya untuk meningkatkan kepercayaan investor di luar negeri, setelah bertahun-tahun mengalami pembatasan pandemi dan kontrol keamanan nasional yang ketat, sehingga melemahkan sentimen. 

Investasi langsung perusahaan asing ke China juga merosot ke level terendah dalam 40 tahun terakhir pada 2023. Hal ini menunjukan tantangan bagi Negeri Tirai Bambu tersebut. 

Di lain sisi, berdasarkan catatan Bisnis, Menteri Luar Negeri China Wang Yi kini berkunjung ke Indonesia untuk mempererat kerja sama dalam kerangka Belt and Road Initiative. 

Wang Yi telah melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi di Jakarta, Kamis pagi ini (18/4). Retno menjelaskan bahwa beberapa fokus kerjasama ekonomi akan diperkuat, baik dalam hilirisasi industri, pembangunan infrastruktur, manufaktur, transisi energi dan ketahanan pangan. 

"Pembahasan kerja sama ekonomi secara lebih detil akan dibahas dalam pertemuan High Level Dialog Cooperation Mechanism di Labuan Bajo besok. Dari pihak Indonesia akan dipimpin bersama Menko Marves dan Menlu, sementara dari pihak China akan dipimpin Menlu [China] Wang Yi," ucapnya. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper