Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investasi Industri Melemah, Sisi Midstream Masih Bolong

Realisasi investasi sektor industri manufaktur melemah pada kuartal pertama tahun ini, subsektor industri antara masih belum banyak menarik minat investor.
Aktivitas karyawan di salah satu pabrik di Jakarta, Jumat (20/9/2019). Bisnis/Arief Hermawan P
Aktivitas karyawan di salah satu pabrik di Jakarta, Jumat (20/9/2019). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA- Kementerian Perindustrian (Kemenperin) meminta investor untuk menanamkan modal di sektor manufaktur, khsususnya pada industri antara atau intermediate yang dinilai masih minim.

Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni Arif mengatakan beberapa subsektor pada pohon industri antara alias midstream masih belum tersedia di Tanah Air. Untuk itu, pihaknya meminta investasi difokuskan pada industri pasca pengolahan bahan baku mentah.

"Kebanyakan investasi itu di hulu dan hilir ini, kita minta kalau bisa investasi disini [industri intermediate atau antara]," kata Febri kepada wartawan, Senin (29/4/2024).

Dia menegaskan bahwa industri antara merupakan pionir untuk mendorong kinerja manufaktur nasional. Selama ini, Febri melihat industri hulu dalam negeri memproduksi dan mengeskpor untuk diolah di negara lain.

Setelah diolah menjadi barang setengah jadi, komoditas tersebut diimpor oleh Indonesia sebagai bahan baku untuk industri hilir. Untuk itu, pemerintah perlu meningkatkan minat investasi di industri antara guna meningkatkan daya saing industri dalam negeri.

Ada berbagai insentif fiskal yang dipersiapkan pemerintah untuk mendorong kehadiran investasi, seperti tax holiday, program peningkatan penggunaan produksi dalam negeri (P3DN), hingga harga gas bumi tertentu (HGBT).

"Kami tahu bahwa P3DN itu akan dorong investor untuk membangun pabrik di Indonesia atau investasi. Kedua kita memudahkan untuk bahan baku industri kemudahan mendapatkan bahan baku," ujarnya.

Menurut Febri, investasi di industri antara dapat mempermudah pengadaan pasokan bahan baku, sehingga Indonesia tak lagi bergantung pada impor. Apalagi pada situasi konflik Timur Tengah saat ini yang berdampak pada impor bahan baku/penolong sejumlah industri.

"Dan juga ada banyak fasilitas fiskal yang bisa kami berikan ke investor agar berinvestasi di sektor manufaktur, dan kami berharap investasi di arahkan kepada industri industri yang diharapkan dapat membantu memproduksi  barang-barang yang selama ini kita impor," terangnya.

Di sisi lain, dia juga mendorong kelanjutan HGBT atau gas murah US$6 per MMbtu yang dapat menjadi stimulus investor. Namun, kebijakan ini juga mesti dijamin dengan supply gas yang tidak tersendat sehingga dapat terealisasi 100%.

Sebelumnya, Kementerian Investasi/Badan Koordinator Penanaman Modal (BKPM) melaporkan realisasi investasi sektor manufaktur tercatat sebesar Rp161,1 triliun pada kuartal I/2024.

Berdasarkan data BKPM, nilainya turun dari kuartal IV/2023 sebesar Rp162,3 triliun, melanjutkan tren penurunan investasi dari kuartal III/2023 senilai Rp163,7 triliun. 

Sementara, secara tahunan, investasi manufaktur mengalami pertumbuhan positif. Nilai investasi pada kuartal I/2023 yang tertanam mencapai Rp139,3 triliun atau 42,5% daru total investasi Rp328,9 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper