Bisnis.com, JAKARTA – Moody’s memperkirakan paket kebijakan ekonomi ke-15 bisa memangkas defisit transaksi berjalan Indonesia secara bertahap ke depannya.
Analis Sovereign Risk Group Moody’s Investors Service Singapore Pte., Ltd. Anushka Shah mengatakan, paket kebijakan yang baru dikeluarkan itu bertujuan untuk memberikan peluang bisnis bagi penyedia logistik nasional. Selain itu juga meningkatkan daya saing dengan merampingkan serta menyederhanakan peraturan, mengurangi biaya operasional, dan mengurangi jumlah barang terlarang.
Hal itu juga bertujuan untuk memperkuat Indonesia National Single Window, layanan elektronik yang memfasilitasi custom clrearance melalui platform yang terintegrasi.
“Peningkatan daya asing operator logistis, peningkatan produktivitas di pelabuhan, dan pembangunan atau perluasan pelabuhan baru akan mendorong pertumbuhan ekspor. Hal itu akan berkontribusi untuk menurunkan defisit transaksi berjalan secara bertahap,” ujarnya dalam keterangan resmi pada Jumat (23/6).
Adapun, sektor jasa menjadi penyumbang defisit transaksi berjalan sebesar 40% dari total keseluruhan dengan nilai sekitar US$7 miliar sepanjang tahun lalu. Adapun jasa transportasi, terutama distribusi barang menjadi mayoritas penyumpang defisit transaksi pada sektor jasa.
Paket kebijakan ekonomi ke-15 itu pun menjadi yang pertama sejak terakhir dikeluarkan pada November 2016. Sebelumnya, Indonesia sudah mengeluarkan 14 paket kebijakan ekonomi lainnya sejak September 2015.
Baca Juga
14 paket kebijakan sebelumnya telah mendorong lingkungan bisnis dan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB).
“Hal itu pula yang menjadi faktor mengubah pandangan kami mengenai peringkat idnonesia dari stabil menjadi positif,” ujar Anushka.