Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KOMODITAS PANGAN: Harga Cabai di Jabar Masih Pedas

Harga komoditas cabai rawit merah di Jawa Barat masih tercatat tinggi, meski Pemerintah Provinsi Jawa Barat memastikan stok hingga Februari 2017 aman.
Pedagang cabai/Ilustrasi
Pedagang cabai/Ilustrasi

Bisnis.com, BANDUNG - Harga komoditas cabai rawit merah di Jawa Barat masih tercatat tinggi, meski Pemerintah Provinsi Jawa Barat memastikan stok hingga Februari 2017 aman.

Kepala Dinas Industri dan Perdagangan Jabar Hening Widiatmoko mengatakan harga cabai rawit merah di Kota Bandung saja sudah menyentuh angka Rp 120.000/kilogram.

Menurutnya harga belum bisa dibendung dan cenderung merata terjadi di daerah lain di Jabar. "Sampai sekarang harga cabai di Jabar masih pedas, belum pahit harganya," katanya pada Bisnis di Bandung, Kamis (5/1/2017).

Menurutnya, harga ini terus bergerak dari akhir 2016 lalu dari mulai Rp40.000/kilogram hingga menyentuh level di atas Rp100.000/kilogram saat ini. Dia menilai kondisi ini terjadi karena rantai pasokan masih tersendat akibat pembatasan kendaraan saat libur akhir tahun lalu dan berdampak pada kesiapan di pasar yang kurang.

Di sisi lain, upaya pemerintah menekan harga lewat guyuran cabai oleh PT Pusat Perdagangan Indonesia (PPI) malah meleset. Ini terjadi karena cabai yang dipasok oleh PPI dari Pangalengan dan Lembang berupa cabai merah besar yang tidak banyak diminta pasar.

“Cabai merah ini 200 kg dengan harga jual Rp70.000/kilo, jadi ini tidak tepat pasokannya,” katanya.

Di tempat yang sama, Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Jabar Hendy Jatnika mengatakan data dari lapangan pasokan dari petani cabai rawit di Jabar sebenarnya melebihi dari cukup hingga Februari 2017.

“Produksi untuk Januari 12.515 ton, Februari 8.003 ton, sementara sampai Maret 2017 12.393 ton itu cabai rawit merah,” ujarnya.

Namun, produksi ini diakui Hendy tidak dibarengi dengan peningkatan luas tanam yang sejak tahun 2015 lalu mengalami penyusutan. Desember 2015 lalu, dari luas tanam 1.118 hektar pada periode yang sama 2016 luasannya tinggal 115 hektar. “Ini menyusut karena November luas tanam mencapai 720 hektar,” tuturnya.

Kondisi ini diperparah dengan anomali cuaca sejak 2015 lalu yang membuat minat petani menanam cabai ikut menyusut. Dia juga membenarkan jika faktor pasokan tersendat karena pada akhir tahun ada pembatasan jumlah angkutan berat. “Sentra cabai kita di Cianjur langsung diambil Jakarta, Bandung sendiri mengandalkan Priangan,” katanya.

Agar kondisi produksi kembali stabil, Hendy mengaku akan menindaklanjuti permintaan Gubernur Jabar Ahmad Heryawan agar segera menggerakan tanam cabai pada masyarakat seperti yang dilakukan Kementerian Perdagangan. “Gubernur menginginkan kembali agar rumah tangga menanam kebutuhan sehari-hari di pekarangan,” katanya.

Pihaknya dalam 10 hari ke depan, akan segera mencari bibit cabai rawit merah dari sejumlah produsen yang ada di Jabar. Menurutnya saat ini produsen bibit bersertifikat di Jabar sudah banyak, sehingga kebutuhan untuk program ini bisa terpenuhi. “Lempar cabai saja sudah tumbuh, tapi gerakan ini harus digelorakan lagi,” ujarnya.

Gubernur Jabar Ahmad Heryawan mengaku sudah menugaskan Dinas Pertanian dan dinas di lingkup pertanian untuk segera mencari bibit cabai. Menurutnya jika dinas bisa menyediakan 50 juta benih cabai, maka gerakan yang akan dilakukan pihaknya bisa menyamai apa yang dilakukan Pusat.

“Tolong dicari, gunakan dana yang legal. Kita akan mulai gerakan tanam cabai ini 10 hari ke depan,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper