Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Perindustrian mengusulkan pengadaan 3,4 juta ton gula mentah pada 2017 agar pasokan gula rafinasi bagi industri makanan dan minuman stabil.
Dirjen Industri Agro, Kementerian Perindustrian, Panggah Susanto, mengatakan penetapan perkiraan kebutuhan gula mentah berdasarkan pertumbuhan industri makanan dan minuman.
“Perkiraan kami berdasarkan angka hasil survei Sucofindo pada 2014 dan realisasi tahun sebelumnya. Pada 2017, kami perkirakan kebutuhan gula 3,4 juta ton,” katanya dalam Jumpa Pers Akhir Tahun 2016 di Gedung Kementerian Perindustrian, Kamis (22/12/2016).
Kebutuhan tersebut, lanjutnya, tumbuh sekitar 7% dari serapan gula mentah sepanjang 2016. Pertumbuhan tersebut sejalan dengan proyeksi pertumbuhan industri makanan dan minuman sebesar 7,5%—7,8% pada 2017.
Panggah menjelaskan Kemenperin memutuskan menggunakan proyeksi pertumbuhan industri manufaktur sebagai basis data setelah tahun ini suplai gula rafinasi untuk industri tersendat.
Pemerintah tahun ini memberikan alokasi gula mentah 3,2 juta ton. Jumlah tersebut hanya 5% lebih banyak dari serapan gula mentah pada 2015.
Namun, pertumbuhan industri makanan dan minuman yang mencapai 8,55% hingga kuartal III/2016 membuat gula rafinasi langka di pasar domestik.
Panggah mengklaim banyak industri kecil dan menengah tahun ini tidak kebagian pasokan gula atau terpaksa membeli gula rafinasi pada harga Rp16.000 per kilogram atau di atas harga gula kristal putih.
“Bahkan industri besar juga ada yang kesulitan mendapatkan gula kristal rafinasi. Mereka harus antre menunggu pasokan,” katanya.
Panggah berharap dengan penetapan penambahan alokasi gula mentah sesuai dengan pertumbuhan industri makanan dan minuman bisa menciptakan kestabilan pasokan dan harga bahan baku gula buat industri.