Bisnis.com, JAKARTA - Kondisi properti Indonesia belakangan ini dikabarkan mengalami peningkatan cukup signifikan. Bahkan, bisa mencapai angka 2-3 kali lipat. Sayangnya, hal berbeda terjadi di penghujung tahun saat ini.
Pakar properti Ali Tranghanda menyatakan meski sektor perumahan mengalami peningkatan penjualan, nyatanya realestat nasional cenderung membeku. Menurutnya hal ini akan terjadi hingga Maret 2017.
"Kendati tren menunjukkan arah positif, tapi akhir tahun harus diwaspadai. Pada Agustus lalu misalnya, pasar masih belum bergerak. Sebagian besar masyarakat masih konsentrasi terhadap program tax amnesty," jelasnya.
Ali menambahkan isu properti sementara bukanlah menjadi hal yang menarik hingga Januari mendatang. Hal ini karena adanya musim liburan dan akhir tahun.
Sementara pada Februari 2017 akan berlangsung pilkada serentak yang turut menyita perhatian masyarakat. Ini tentu akan menyeret isu properti kepada prioritas kesekian.
Meski begitu, menurutnya, kondisi penurunan ini bukan terjadi karena adanya penurunan daya beli masyarakat. Hanya saja masyarakat akan teralihkan sesaat pada isu-isu yang bukan mencakup properti.
Ali menjelaskan dengan adanya penghapusan BPHTB (Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan) untuk rumah di bawah Rp 2 miliar di DKI Jakarta serta adanya koreksi harga di area Kelapa Gading dan PIK cukup membuat properti ‘naik kelas’ di tahun ini dan tahun mendatang.