Bisnis.com, JAKARTA — Industri hilir berbasis kakao hanya bisa berkembang jika konsumsi cokelat penduduk Indonesia terus meningkat.
Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian, Panggah Susanto, mengatakan pemerintah telah sukses mendorong pengembangan industri pengolahan kakao melalui mekanisme kebijakan insentif investasi dan bea keluar.
Program penghiliran industri kakao telah berhasil menekan volume ekspor biji kakao dari 188.420 ton pada 2013 menjadi 39.622 ton pada 2015. Di sisi lain, volume ekspor produk olahan kakao naik dari 196.333 ton pada 2013 menjadi 287.192 ton pada 2015.
“Kita telah berhasil menarik investor asing untuk menanamkan modal di Indonesia dengan membangun pabrik kakao. Mulai meningkatnya sektor hilir perlu diimbangi dengan peningkatan konsumsi kakao dalam negeri” kata Panggah dalam pembukaan Pameran Hari Kakao Indonesia, Selasa (22/11/2016).
Panggah mengatakan pemerintah berusaha mendorong penyerapan kakao melalui pembentukan unit pengolahan di sentra pengolahan. Unit pengolahan tersebut diharapkan bisa menumbuhkan wirausaha kecil dan menengah di sentra produksi kakao.
Perusahaan-perusahaan skala kecil dan menengah di Sulawesi Tengah, Sumatra Barat, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara telah mendapatkan bantuan mesin dan perlatan dari pemerintah sejak 2012.
“Upaya lain meningkatkan konsumsi cokelat adalah melalui promosi yang dilaksanakan di dalam negeri untuk memperkenalkan berbagai macam produk olahan cokelat di Indonesia,” kata Panggah.
Saat ini konsumsi kakao masyarakat Indonesia baru mencapai 0,4 kilogram per kapita. Volume konsumsi per kapita tersebut jauh lebih rendah dibandingkan dengan Singapura dan Malaysia yang sudah mencapai 1 kilogram dan Eropa yang sudah melebihi 8 kilogram.