Bisnis.com, TOKYO– Harga konsumen Jepang turun untuk bulan ketujuh berturut-turut pada September bersama dengan belanja rumah tangga. Hal ini menyoroti tantangan yang dihadapi PM Shinzo Abe dan Gubernur BOJHaruhiko Kuroda dalam berupaya menghidupkan kembali negara dengan perekonomian terbesar ketiga di dunia tersebut.
Seperti dilansir Bloomberg hari ini (Jumat, 28/10/2016), indeks harga konsumen (consumer price index/CPI) - tidak termasuk komponen makanan segar - turun 0,5% pada September dibandingkan dengan setahun sebelumnya.
Deflasi di jepang telah terjadi sejak bulan April 2016.
Sementara itu, belanja rumah tangga pada September turun 2,1% dibandingkan dengan setahun sebelumnya atau lebih rendah dari prediksi penurunan sebesar 2,7%.
Di sisi lain, tingkat pengangguran turun menjadi 3%. Angka tersebut lebih kecil dari prediksi sebesar 3,1% serta merupakan level terendah sejak 1995.
“CPI inti cenderung akan bertahan di wilayah negatif hingga Maret, meskipun akan naik menuju nol sejalan dengan berkurangnya efek biaya energi yang lebih rendah,” ujar Hiroaki Muto, Kepala Ekonom Tokai Tokyo Research Center, sebelum rilis data tersebut.
Ditambahkan olehnya, penurunan indeks harga yang tidak termasuk makanan dan energi mengisyaratkan bahwa tingkat permintaan konsumen tetap stagnan.
Dewan kebijakan Bank of Japan (BOJ) diperkirakan akan merevisi prospek inflasi dan kerangka proyeksi waktu untuk mencapai target 2% pada pertemuan kebijakan tanggal 31 Oktober-1 November. BOJ telah berupaya selama lebih dari tiga tahun untuk mencapai targetnya dengan pelonggaran moneter ekstra.
Inflasi Jepang
September | -0,5% |
Agustus | -0,5%
|
Juli | -0,4% |
Sumber: Bloomberg, 2016