Bisnis.com, JAKARTA – Indonesia berkomitmen untuk memastikan usaha penangkapan ikan tuna yang memenuhi prinsip-prinsip berkelanjutan.
Direktur Jenderal Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan Narmoko Prasmadji mengatakan salah satu tantangan dalam pemanfaatan tuna secara global adalah ketersedian sumber daya.
Menurut dia, saat ini ikan tuna dieksploitasi secara berlebihan sehingga berdampak buruk bagi kelangsungan sumber daya dan habitat komoditas tersebut.
“Saat ini diperkirakan sekitar sepertiga persediaan tuna di alam ditangkap secara berlebihan,” katanya dalam keterangan resmi, Rabu (18/5/2016).
Narmoko memprediksi permintaan produk ikan tuna global tetap tinggi sehingga hasil tangkapan berpotensi melebihi kemampuan armada penangkapan tuna yang ada. Indonesia, imbuh dia, dapat menjadi salah satu pemain penting di tingkat global.
Saat ini, ujar Narmoko, Indonesia memasok lebih dari 16% dari hasil tangkapan ikan tuna dunia. Hasil tangkapan komoditas itu telah berkontribusi signifikan terhadap produksi perikanan nasional. Produksi ikan tuna rata-rata lebih dari 1 juta ton per tahun.
“Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu dibuat rencana pengelolaan tuna yang efektif untuk mencegah tingkat kerusakan lebih lanjut.”
KKP di era Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti telah mengambil sejumlah langkah untuk mencegah penangkapan ikan yang cenderung eksploitatif.
Salah satunya dengan melarang penggunaan alat tangkap yang dianggap tidak ramah lingkungan seperti pukat hela dan pukat tarik. Selain itu, pemerintah juga agresif mengejar kapal-kapal ilegal yang mencuri ikan dengan cara merusak.
Dalam sejumlah kesempatan, Susi mengatakan kapal-kapal asing masuk ke perairan Indonesia menggunakan alat-alat penangkap ikan yang tidak ramah lingkungan. “Padahal di negara asalnya sendiri alat tangkap itu tidak boleh dipakai.”
Berbagai kebijakan tersebut terbukti meningkatkan stok ikan tuna Indonesia. Namun, pada saat yang sama berbagai pengaturan berimbas pada nilai perdagangan.
Asosiasi Tuna Longline Indonesia (ATLI) mencatat nilai ekspor perikanan tuna 2015 anjlok hingga 57%, kendati hasil tangkapan pengusaha tumbuh sampai 8%.
Sekretaris Jenderal ATLI Dwi Agus Siswa Putra mengatakan hasil kontras tersebut buntut larangan alih muat langsung ikan segar di tengah laut. Tangkapan anggotanya didominasi tuna mata besar dan tuna sirip kuning.