Bisnis.com, JAKARTA - Industri makanan dan minuman dinilai sebagai industri yang sangat strategis dan terus mengalami pertumbuhan.
Menurut Menteri Perindustrian Saleh Husin, industri makanan dan minuman terus tumbuh seiring tingkat konsumsi dan laju ekspor produk olahan pangan dari Indonesia ke pasar internasional.
Selain karena jumlah penduduk yang besar, industri makanan dan minuman juga ditopang aktivitas produsen nasional dan multinasional yang telah menjadikan Indonesia sebagai basis produksi.
Selain itu, Indonesia juga mampu menyediakan bahan baku untuk mendukung keberlangsungan produksi.
Hal itu disampaikan Menperin dalam sambutannya pada The 3rd Responsible Business Forum on Food and Agriculture di Jakarta, Senin (25/4/2016), yang dibuka Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman.
“Tahun lalu, industri makanan dan minuman tumbuh 7,88% dan menopang sebagian besar pertumbuhan industri non migas. Kinerja ekspor juga bagus karena pada 2015 kemarin senilai USD 5,6 miliar yang meningkat dari tahun sebelumnya USD 5,55 miliar,” lanjut Menperin.
Ia menegaskan, kinerja industri mamin bakal menanjak sejalan realisasi investasi sektor industri makanan sebesar Rp 24,5 triliun untuk PMDN dan PMA sebesar US$1,52 miliar.
Kontribusi industri ini pada PDB mencapai 30,86% dan menjadi sumbangan terbesar sepanjang 2015.
Ke depan, lanjut Menperin, industri makanan dan minuman di Indonesia bakal tumbuh pesat.
Hal itu disebabkan kecenderungan pola konsumsi masyarakat, khususnya menengah ke atas, yang mengarah untuk mengkonsumsi produk-produk makanan dan minuman higienis dan alami.
Terkait itu, ia mendorong penerapan SNI, Good Manufacturing Practices, dan Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP), Food Hygiene- Safety - Sanitation, serta penerapan Standar Pangan Internasional (CODEX Alimentarius).
Semua itu diperlukan untuk menjamin perusahaan menerapkan pemilihan bahan baku, pengolahan, pengemasan, serta distribusi dan perdagangan dengan senantiasa memperhatikan keamanan produk.