Bisnis.com, JAKARTA - Pertumbuhan utang luar negeri pada Januari 2016 tumbuh 2,2% tetapi pertumbuhan melambat dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 5,8% (year-on-year).
Posisi Utang Luar Negeri (ULN) pada akhir Januari 2016 tercatat sebesar US$308,0 miliar. Sementara itu, pada kuartal IV/2015 ULN mencapai US$310,7 miliar atau naik 2,8% dibanding kuartal III/2015.
Kedua sektor baik publik dan swasta mengalami perlambatan. ULN sektor publik tumbuh melambat menjadi 5,7% (yoy) dari 10,2% (yoy) pada Desember 2015. Sektor swasta mengalami penurunan hingga -0,7% (yoy) setelah pada Desember 2015 berhasil mencatatkan 2,2% (yoy).
"Dengan perkembangan tersebut, posisi ULN sektor publik dan swasta masing-masing tercatat sebesar US$143,4 miliar dan US$164,6 miliar," ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Sagara, dalam siaran pers, Jumat (18/3/2016).
ULN swasta masih terkonsentrasi pada sektor keuangan, industri pengolahan, pertambangan, serta listrik, gas, dan air bersih yang keseluruhannya mendominasi 76,2%. Namun, keempat sektor itu tumbuh melambat dibanding bulan sebelumnya, terutama pertambangan yang mengalami kontraksi yang lebih dalam.
Sementara itu, berdasarkan jangka waktu asal, ULN berjangka panjang mencapai 87,4% dari total ULN dengan nilai US$269,1 miliar yang terdiri atas ULN publik sebesar US$140,7 miliar dan ULN swasta senilai US$36,2 miliar.
ULN jangka pendek mencapai US$38,9 miliar dengan ULN swasta menguasai 93% dengan total nilai US$36,2 miliar dan ULN publik senjlai US$2,7 miliar.
Total ULN yang dikantongi saat ini dipandang BI masih cukup sehat kendati tetap terus mewaspadai risikonya terhadap perekonomian. ULN swasta juga diharapkan dapat berperan mendukung pembiayaan pembangunan.
"Ini untuk memberikan keyakinan bahwa ULN dapat berperan secara optimal dalam mendukung pembiayaan pembangunan tanpa menimbulkan risiko yang dapat memengaruhi stabilitas makroekonomi," imbuh Tirta.