Bisnis.com, JakartaBadan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika memprediksi sebagian besar wilayah di Indonesia akan memasuki musim kemarau pada Mei dan Juni 2016 dengan potensi sebanyak 66%.
Sementara, daerah telah memiliki musim kemarau sejak Februari 2016 meliputi pesisir timur Sumatra Utara dan Riau.
Eko Listianto, Ekonom Development of Economist and Finance (Indef) mengatakan musim kemarau yang beririsan dengan Lebaran sangat berisiko jika tidak dibarengi dengan ketersediaan pangan yang cukup. Pada saat Lebaran, kecenderungan permintaan pangan semakin meningkat.
Permainan di sisi suplai kemudian mengatasnamakan karena kemarau. Padahal sebetulnya bisa diantisipasi, tidak boleh mengurangi stok di pasar. Dari sisi Bulog, penyediaan stok optimal untuk mengatasi kemarau, jelasnya, di Jakarta, Senin (14/3/2016).
Dia berharap pemerintah juga melakukan pengawasan ketat melalui Komisi Pengawas Persaingan Usaha. Selain itu, keran impor menjadi pilihan terakhir apabila terbukti stok kurang. Impor bahan pangan dapat memukul langsung petani sehingga perlu dilakukan secara hati-hati.
Untuk impor harus jelas dulu. Data produksi bagus, tapi disisi lain ada kebijakan melakukan importasi barang pokok, katanya.
BMKG juga melaporkan kemunculan La Nina diperkirakan terjadi pada akhir tahun antara Oktober dan Desember 2016 dengan peluang 50%.