Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia menilai kondisi ekonomi domestik mengalami perbaikan ditunjukkan dengan menguatnya mata uang rupiah. Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan gejala penguatan rupiah sebesar 3% merupakan pengaruh dari pengeluaran pemerintah yang mulai bergerak sejak akhir tahun lalu.
Pemerintah telah melakukan lelang proyek menjelang akhir 2015 sehingga investasi di infrastruktur dan realisasi anggaran awal tahun ini memberikan dampak pada pertumbuhan ekonomi. Dia berharap swasta segera menyusul dengan aksi penanaman modal di sektor nonbangunan.
"Kami harapkan swasta di bidang investasi nonbangunan yang belum cukup bergerak. Itu akan lebih terlihat di kuartal kedua atau ketiga," katanya, di Kompleks Gedung BI, Jakarta, Jumat (4/3/2016).
Namun, Agus tetap mengingatkan kondisi ekonomi global yang masih cukup mengkhawatirkan bahkan cenderung pelan pemulihannya. Bahkan, dia menuturkan situasi bisa lebih buruk tercermin dari harga minyak dunia yang jatuh, kemudian beberapa negara di Eropa dan Jepang sudah masuk ke kebijakan bunga negatif.
"Secara umum di dunia memang masih dalam kondisi yang cukup mengkhawatirkan dan kami lihat upaya recovery-nya pelan sekali malah ada kecenderungan memburuk," ucapnya.
Dia menambahkan pelemahan ekonomi di dunia banyak dikontribusi oleh negara berkembang seperti China, Brasil, Rusia, dan Afrika Selatan. Sementara, India dan Meksiko mulai mengalami perkembangan yang lebih baik.