Bisnis.com, JEPANG - Mitsui OSK Lines (MOL), salah satu dari tiga besar perusahaan pelayaran Negeri Sakura, diperkirakan menderita kerugian hingga 180 miliar yen atau US$1,5 miliar pada kuartal keempat yang berakhir Maret mendatang.
Kerugian ini disebabkan oleh restrukturisasi operasi perusahaan di tengah melambatnya perdagangan global dan kapal kelebihan pasokan.
Tekanan terhadap kerugian dimulai sejak indeks curah kering Baltic, yang menjadi acuan tarif angkut kargo kering, mencapai titik terendah baru dalam sejarah yakni 325 poin pada Kamis (28/01/2016).
MOL mengoperasikan salah satu armada kargo kering terbesar pada saat harga barang curah kering yang turun lebih dari 70% dari puncaknya pada 2015 dan anjlok 97% di bawah tertinggi pada 2008.
Permintaan untuk kapal curah kering, yang membawa kargo seperti bijih besi atau batubara dan kapal kontainer, turun akibat ekspor dari pusat perdagangan Asia termasuk China, Korea Selatan, Jepang dan Taiwan telah runtuh di tengah melambatnya pertumbuhan ekonomi.
Pada saat yang sama, banyak kapal baru dibangun yang masuk dan bersaing mendapatkan muatan kargo yang sedikit.
Manajemen MOL, Jumat (29/01/2016), memaparkan perusahaan akan terbebani kerugian khusus karena perusahaan menerapkan "reformasi struktural bisnis" yang dilakukan dengan membuang kapal dry-bulk dan kontainernya.
Rencananya, MOL akan mengurangi jumlah armada kapalnya terutama yang berjenis capesize, panamax dan kapal curah kering kecil.
"Perusaaan akan fokus memenuhi permintaan transportasi utama saja dari pelanggan kami," ungkap manajemen dalam pernyataan resmi.
Perusahaan juga akan merasionalisasi bisnis pengiriman kontainernya untuk menangkap kargo yang lebih menguntungkan, terutama pada rute utara-selatan.
Armada kargo kering milik MOL mencapai lebih dari 400 kapal, jika ditotalkan mencapai 36 juta ton bobot mati (DWT).
Berdasarkan rencana MOL akan mengurangi jumlah capesize, panamax dan kapal curah kering lebih kecil aktif di pasar penyewaan tempat untuk fokus "pada memenuhi tuntutan transportasi utama dari pelanggan kami," katanya dalam
"MOL mulai mematikan mesin [cold lay-up] sejumlah kapal capesize mereka sejak awal pekan ini, meskipun rincian tidak diungkapkan oleh tim mereka," kata seorang broker kapal capesize berbasis di Shanghai kepada Reuters, Jumat (29/01/2016).
MOL mencatat biaya khusus dalam revisi prospek laba untuk kuartal keempat 2015 yang berakhir pada 31 Maret mendatang akan mengubah laba bersih menjadi kerugian senilai 175 miliar yen.
Perusahaan jasa pelayaran asal Inggris, Clarksons, memperkirakan pengiriman curah kering dan kontainer global diperkirakan akan tumbuh masing-masing sebesar 1% dan 4% tahun ini.
Namun, Clarksons mencatat armada curah kering dan kontainer dapat tumbuh sebesar 12% dan 6%, pada 2016.
Beberapa perusahaan pelayaran Asia mengumumkan kebangkrutannya pada 2015. Sejumlah analis memperkirakan fenomena ini akan menjadi hal yang biasa pada tahun ini.
Tidak hanya itu, pelambatan ekonomi telah memicu penurunan bahan bakar kapal di pelabuhan Singapura yang merupakan hub perdagangan dunia.