Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi industri pengemasan menargetkan dapat tumbuh 8% atau sendilai Rp 80 triliun pada tahun ini dengan mengoptimalkan keterlibatan dalam Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) untuk memperluas pasar.
Direktur Pengembangan Bisnis Federasi Pengemasan Indonesia Ariana Susanti mengatakan, bahwa gambaran industri tahun ini akan lebih menjanjikan ketimbang tahun lalu yang hanya bisa tumbuh berkisar 3%-4%.
Menurutnya, jika program penguatan infrastruktur oleh pemerintah rampung, industri pengemasan akan semakin kuat untuk bersaing di regional. Dia memerkirakan industri pengemasan akan mampu tumbuh dua digit pada 2018 dengan adanya perbaikan baik dari sisi infrastruktur maupun iklim usaha.
“Dengan MEA, pangsa pasar kita menjadi 600 juta sebenarnya. Karena pasar lebih luas, persaingan juga lebih tajam,” jelasnya pada Bisnis.com belum lama ini.
Selain perluasan pasar, dia mengatakan bahwa kestabilan nilai tukar rupiah serta kestabilan ekonomi dan politik menjadi poin penting dalam realisasi target tersebut.
“Bahan baku kita masih impor 50%. Jadi perlu ada kestabilan nilai tukar rupiah. Jangan naik turun seperti tahun kemarin. Itu memicu perlambatan juga,” katanya.
Dia menjelaskan, bahwa Indonesia merupakan produsen kemasan terbesar di Asia Tenggara, baik untuk produk kertas, kaleng, dan kemasan plastik kosong. Menurutnya, mayoritas negara Asean berpotensi untuk dijajaki sebagai pasar, termasuk Filipina yang selama ini masih banyak mengimpor kemasan dari Indonesia.