Bisnis.com, JAKARTA – Pelaku industri penyamakan kulit menyatakan bahwa penurunan permintaan pada tahun ini membuat utilitas produksi turun menjadi sekitar 50%.
Ketua Asosiasi Penyamakan Kulit Indonesia (APKI) Sutanto Haryono mengatakan bahwa jika dibandingkan tahun lalu, industri penyamakan kulit turun sekitar 20%-30%. Dia memperkirakan produksi tahun ini akan berkisar 10 juta lembar produk kulit kambing dan 1 juta produk kulit sapi.
“Untuk nominal, asosiasi tidak ada data pasti karena banyak juga transaksi lokal yang tidak tercatat. Tahun lalu memang kapasitas terpasang belum maksimal digunakan, sekitar 80%. Tapi tahun ini lebih buruk,” ujarnya pada Bisnis baru-baru ini.
Menurutnya, peningkatan mulai terasa di semester kedua dibandingkan semester sebelumnya dengan adanya musim pemesanan baru menjelang akhir tahun. Dia menjelaskan bahwa secara siklus, memang ada kenaikan menjelang akhir tahun yang merupakan musim dingin.
“Ini memang tiap tahun begini. Kalau musim dingin memang kebutuhan jadi lebih banyak. Seperti sepatu, akhir tahun memang permintaannya banyak,” jelasnya.
Sebagai industri yang memproduksi barang di luar kebutuhan primer, dia mengatakan bahwa kondisi industri penyamakan kulit sangat bergantung pada kondisi keuangan secara menyeluruh. Adanya perbaikan kondisi ekonomi tahun di tahun depan sangat dinantikan untuk bisa memperbaiki kinerja industri tersebut, baik di lokal maupun global.
Dia mencontohkan, buruknya kondisi ekonomi dan politik di Eropa membuat ekspor kulit dan produk dari kulit menurun cukup tajam dari pasar tersebut. “Bagi kami, pasar Eropa itu penting. Terutama untuk non-sport shoes, yang menyerap bahan baku kulit. Kalau kondisinya seperti tahun ini, akan sangat berpengaruh,” ujarnya.