Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penjualan Elektronik Masih Rendah

Gabungan Pengusaha Elektronik menyatakan volume penjualan barang sepanjang tahun ini turun sekitar 20% - 40% dibandingkan tahun lalu akibat masih rendahnya daya beli masyarakat.
Pedagang menata barang elektronik yang dijual di kawasan Glodok, Jakarta.
Pedagang menata barang elektronik yang dijual di kawasan Glodok, Jakarta.

Bisnis.com, JAKARTA—Gabungan Pengusaha Elektronik menyatakan volume penjualan barang sepanjang tahun ini turun sekitar 20%  - 40% dibandingkan tahun lalu akibat masih rendahnya daya beli masyarakat.

Ali Soebroto Oentaryo, Ketua Gabungan Pengusaha Elektronik (Gabel), mengatakan penurunan daya beli masyarakat secara langsung berdampak pada kondisi keuangan perusahaan elektronik skala menengah di Tanah Air.

“Secara volume, penurunan paling dirasakan oleh perusahaan besar, tetapi perusahaan besar memiliki tingkat ketahanan yang tinggi, sementara perusahaan skala menengah sangat sensitif dengan pasar,” ujarnya kepada Bisnis, Kamis (5/11/2015).

Penurunan permintaan pasar disiasati oleh produsen di dalam negeri dengan menurunkan volume produksi. Strategi ini dilakukan guna menjaga kondisi keuangan perusahaan, sehingga dapat bertahan hidup hingga pasar kembali normal.

Produsen barang elektronik, menurutnya tidak dapat memprediksi perbaikan pasar. Dalam kondisi ini, hanya peran pemerintah yang dapat meningkatkan daya beli masyarakat melalui realisasi belanja APBN yang efektif dan sesuai rencana.

Dia mengatakan dalam periode 2007-2012 peran sektor manufaktur terhadap ekonomi nasional turun hingga US$50 miliar. Namun, dalam masa ini sektor komoditas tengah mencapai pertumbuhan terbaik. Ketika harga komoditas anjlok, sektor manufaktur nasional tengah berada di level terendah.

“Sekarang bagaimana caranya memperbaiki fundamental industri. Pemerintah harus cermat memperhatikan satu per satu keberlangsungan industri. Elektronik ini hanya kebutuhan sekunder sehingga ketika daya beli turun, belanja elektronik pasti dikurangi konsumen,” katanya.

Salah satu indikator penurunan daya beli masyarakat yang begitu dalam pada tahun ini, lanjutnya, adalah turunnya penjualan produk telepon seluler. Secara historis, produk ponsel memiliki tingkat ketahanan yang lebih tinggi di Indonesia.

Di tengah penurunan daya beli serta peningkatan ongkos produksi akibat fluktuasi nilai tukar rupiah, lazimnya produsen elektronik mengeluarkan inovasi produk untuk menarik minat konsumen. Namun, inovasi produk berisiko tinggi di tengah penurunan penjualan yang begitu dalam pada tahun ini.

Cara paling efektif meningkatkan daya beli, menurutnya adalah mempercepat realisasi belanja pemerintah. Agar ekonomi nasional kembali pulih, tahun depan pemerintah harus bisa menjamin realisasi belanja sesuai dengan rencana yakni sejak bulan Januari.

Pasalnya, sejumlah paket kebijakan yang telah dikeluarkan pemerintah bersifat jangka panjang. Dalam kondisi saat ini, pemerintah perlu mengeluarkan kebijakan jangka pendek untuk meningkatkan daya beli masyarakat.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper