Bisnis.com, JAKARTA--Kepala Badan Inovasi dan Bisnis Ventura Institut ITS Surabaya Saut Gurning aksi spekulasi dari importir dan eksportir menjadi salah satu faktor pendorong lamanya dwelling time di Pelabuhan Tanjung Priok.
Menurutnya, jalur merah tersebut akibat dominannya perilaku importir dan eksportir yang sering berspekulasi melakukan kegiatan ekspor-impor dengan perizinan yang belum selesai.
Bahkan, pelaku ekspor-impor belum mengurus izin tetapi barang sudah bergerak dari pelabuhan asal atau pelabuhan muat.
Jadi masih banyak dominan importir atau eksportir nakal telah menyetujui barangnya datang ke Priok atau saat kargo impornya sudah berada di Container Yard baru mulai melakukan proses pengurusan ijin impor, katanya.
Selai itu, dia menyebutkan bahwa biaya tarif progresif menumpuk kontainer di pelabuhan masih lebih murah dibandingkan biaya ongkos gudang termasuk dikirim atau lewat Inland Container Depot (ICD).
Dia berharap pemerintah menetapkan kebijakan baru agar pelabuhan tidak melayani kargo yang tidak menyelesaikan proses perizinan ekpor-impor.
Ketegasan atas importir dan eksportir nakal seperti ini perlu menjadi komitmen semua entitas perdagangan nasional tanpa memandang bulu tanpa kompromi dalam pengurusan kepabeanan, ujarnya.