Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rambah e-Commerce, Dunlopillo Raup Omzet Rp3 Miliar

PT Dunloppillo Indonesia tahun ini capai omzet hingga Rp3 Miliar sejak membuka layanan e-commerce atau jual beli lewat online. Angka tersebut belum termasuk omset yang dijualnya di gerai-gerai Dunlopillo.
Ilustrasi/Themetrader
Ilustrasi/Themetrader

Bisnis.com, JAKARTA—PT Dunloppillo Indonesia tahun ini meraup omzet hingga Rp3 Miliar sejak membuka layanan e-commerce atau jual beli lewat online. Angka tersebut belum termasuk omset yang dijualnya di gerai-gerai Dunlopillo.

Manager Business Development Bobo Christiandi Budiman menerangkan penjualan menggunakan e-commerce membuat keuntungan semakin melonjak naik. Hal itu disebabkan dengan kecanggihan teknologi tanpa harus mengeluarkan tenaga berlebih barang langsung sampai.

“Paling besar itu penjualan aksesoris sih seperti bantal, guling ada juga sejadah, kasur lipat, foam yang tidak perlu dilihat atau dirasakan. Beda halnya kalau jual kasur orang jarang mau beli online. Kecuali kalau harag Rp1.999.000 merk Dunlopillo pasti laku,” katanya, Sabtu (20/6/2015).

Oleh karena itu, PT Dunlopillo Indonesia mendirikan anak perusahaan bernama Bobo untuk menyasar kalangan menengah (medium) khusus anak-anak muda yang terjangkau dengan memanfaatkan hasil kekayaan bumi Indonesia.

“Bobo menargetkan pendatapan hingga Rp1,5 Miliar sampai akhir tahun. Makanya kita lagi cari reseller di seluruh indonesia jualnya lewat online saja,” paparnya.

Ke depannya, ujar Christiandi, Bobo juga akan mengeluarkan guling dan lain sebagainya seperti induk perusahaan yang memiliki berbagai jenis bantal yakni bantal gel, bantal wangi (greentea, kopi, lidah buaya dan lain-lain).

“Kami itu rambahnya ke rumah sakit karena kasurnya itu harus pake lateks. Hampir seluruh RS di seluruh Indonesia pakai lateks karena kalau tidur lama gak akan panas. Kalau hotel gak yang penting harga murah,” ucapnya.

Dia pun meyakini tidak ada pesaing untuk pasar ini karena PT Dunlopillo adalah satu-satunya produsen pembuat lateks di Indonesia sejak 1976.

Gak mungkin ditiru. Buatan China sekali pun mau buat harga segini gak sanggup. Karena dasarnya lateks itu mahal,” tutupnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Atiqa Hanum
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper